Jumat, 05 Desember 2014

PROFIL PAROKI SANTO YUSUF BATURETNO





PROFIL PAROKI SANTO YUSUF BATURETNO



A.    Sejarah Paroki

Awal Tapak Katolik di Baturetno
b5.jpgAwal mula Gereja di Baturetno dirintis oleh Ny. Bernadette Swie Tjin Hong pada tahun 1929 melalui permandian oleh Rama Van Koch, S.J. dari Gereja Purbayan Surakarta. Setelah dipermandikan Mak Hong (panggilan akrab Ny. Swie Tjin Hong) beliau mempunyai misi untuk mewartakan iman kristiani di Baturetno, rumah Mak Hong pun menjadi tempat belajar agama Katolik dan tempat singgah para Pastor yang berkunjung ke Baturetno. Pada tahun 1930 didirikanlah Maleische Chinese School, sekolah untuk orang-orang Cina dan Melayu. Tahun 1938 misi pewartaan Mak Hong menghasilkan buah dengan dipermandikannya sekitar 30 orang oleh Rama Scott, S.J. di Ngrejo Tirtomoyo.

Awal Gereja Katolik di Baturetno
Pada tanggal 16 Oktober 1938   Mgr. P.J. Willekens berkenan memberkati gereja Baturetno. Namun 2 tahun kemudian ditinggalkan oleh para pengasuhnya. Tanggal 1 Agustus 1940 Bapak Y.B. Soewardi dikirim ke Baturetno. Kedatangannya disertai oleh guru misi untuk mengganti tugas para guru misi yang meninggalkan Baturetno. Satgas guru tersebut berasal dari putra daerah yang diangkat walaupun mereka tidak mempunyai wewenang untuk menjadi guru dan berjuang untuk mengembangkan umat di Baturetno melalui jalur pendidikan .

Perkembangan Gereja Selanjutnya
Pada awal kemerdekaan, Baturetno terbagi menjadi tiga wilayah pengembangan umat: sektor selatan (Danan) oleh Y.B. Soewardi; sektor utara (Polaman, Gebang, dan sekitarnya) oleh Yohanes Martapawira dan kawan-kawan; sektor tengah oleh R.F.J. Dirdjasumarta.
Pengembangan umat didampingi oleh rama-rama dari Paroki Purbayan Surakarta.
Tahun 1950 terjadi krisis sosial dan ekonomi   akibat perang. Kondisi ini mendapat perhatian dari Rama Tjakrawardaya, Pr dan Rama Dibjawahjana, S.J. dari Purbayan melalui karya pendidikan dan pemenuhan pangan di wilayah Baturetno.
Mulai tahun 1956 Rama A.P. Poerwadihardja, Pr menetap di Baturetno melayani umat di seluruh Kabupaten Wonogiri. Selain tugas pokok ini juga bertugas memperhatikan umat di Kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar. Sejak masa itu Gereja Baturetno mulai tampak perkembangannya. Pada tahun 1961 Rama A.P. Poerwadihardja, Pr diganti oleh Rama J. Harsasusanta, Pr dan tahun 1962 Rama Th. Poesposoeganda, Pr sekaligus sebagai pemimpin Yayasan Kanisius Cabang Baturetno.
Pada tahun 1968 para tokoh awam mendirikan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Santo Thomas di Baturetno dan kelas filial di Tirtomoyo yang lulusannya menjadi pendukung perkembangan umat di Tirtomoyo. Namun pada tahun 1974 SPG itu ditutup, karena surplus lulusan. Untuk pelayanan medis, Ikatan Paramedis Pancasila merintis mendirikan Balai Pengobatan Pancasila pada tahun 1968, yang dalam perkembangannya menjadi Balai Pengobatan Ibu dan Anak Pancasila (BKIA) yang dikelola paroki dan diteruskan oleh Para suster Ordo Fransiscanes Pringsewu Lampung dan yang sekarang diganti dengan FSGM, sejak 17 Juli 1985.
Pada tahun 1968, Stasi Wonogiri berdiri menjadi paroki, sehingga Pastor dan Dewan Paroki St. Yusup Baturetno dapat bekerja lebih efektif. Tugas pastoral dan pelayanan umat dibantu oleh para suster OSU yang datang di Baturetno. Karya para suster tersebut sangat dirasakan oleh umat bahkan selain umat katolik.
Pada tahun 1972, Rama Th. Poesposoeganda, Pr. diganti oleh Rama Ant. Wignyamartaya Pr. dan menitikberatkan pada Gereja Mandiri. Beliau digantikan oleh Rama E. Roesgiarto, Pr. pada bulan Agustus 1978. Pada tanggal 10 Januari 1980 Rama E. Roesgiarto diganti oleh Rama Y. Stormmesand, S.J. Antara tahun 1980-1994 pembangunan fisik gereja berlangsung setahap demi setahap, yang menyangkut 13 kapel dan 2 gereja, yaitu gereja Santo Yusup Baturetno dan gereja (stasi) Santo Ignatius Danan Giriwoyo.
Sampai dengan tahun 1994, terjadi jumlah pengembangnan umat yang menggembirakan. Perkembangan yang menonjol terjadi di Danan dan Jepurun. Karena perkembangan umat yang cukup pesat di Danan, Danan dirintis untuk menjadi Paroki. Dan tanggal 1 April 1997 menjadi Paroki Administratif St. Ignatius Danan.
Pada tahun 1998 Rama Y. Wartaya, S.J. mendapat tugas perutusan untuk menjadi Pastor Kepala Paroki Baturetno. Untuk menyatukan semangat dan paham, dirumuskanlah bersama, visi, misi dan strategi Paroki St. Yusup Baturetno oleh wakil umat Paroki Baturetno. Untuk merealisasikan hal tersebut maka diadakan pemekaran wilayah pelayanan sambil menyempurnakan istilah stasi menjadi wilayah dan kring menjadi lingkungan. Adapun pemekaran tersebut dimulai pada saat pelepasan Stasi Danan sebagai paroki tersendiri, dari  6  stasi (Baturetno, Jamprit, Boto, Kedungrejo, Ngadiroyo, dan Tirtomoyo ) dan 28 kring  dimekarkan menjadi 7 stasi yaitu (Baturetno,Pathuk, Janprit, Boto, Kedungrejo, Ngadiroyo, dan Tirtomoyo) dan 34 kring.   Seiring dengan pemekaran lanjutan menjadi 9 stasi, terjadi perubahan isitilah stasi diganti menjadi wilayah dan istilah kring diganti menjadi lingkungan.  9 wilayah tersebut  adalah  Baturetno Selatan, Baturetno Utara, Patuk, Jamprit, Selopuro, Boto, Kedungrejo, Ngadiroyo, dan Tirtomoyo, dan lingkungan terdiri dari 38 lingkungan.

 Gereja St. Yusup Baturetno Saat Ini
Tahun 2003 Rama  F. Yuswar Riyana, S.J. hadir melanjutkan pengggembalaan Rama  Y. Wartaya, S.J. sebagai pastor paroki didampingi Rama F.X. Widoyoko, S.J. Kedua pastor ini mulai merintis rehap fisik gereja yang meliputi pembenahan gedung sekretariat, halaman gereja dan fisik utama gedung gereja mulai bagian atap, lantai tempat duduk umat sampai sanitasi lingkungan maupun pagar gereja.
Tahun 2009 Rama  Justinus Muji Santara,S.J. hadir menggantikan Rama  F.X. Widoyoko, S.J. Rintisan renovasi segera direalisasi secara bertahap mulai dari pembenahan sekretariat, atap gedung gereja dengan fokus penggantian genting gereja, bagian lantai mengganti keramik, cat tembok, mebel sampai pada sanitasi lingkungan gereja.
Mulai tahun 2013 sedang ada perencanaan melanjutkan renovasi gedung pertemuan dan pastoran. Program besar yang juga dikawal oleh penggembalaan Rama  Justinus Muji Santara,S.J. adalah pendataan umat pada awal 2011, yang hasil akhirnya berupa buku Profil Paroki yang sekarang ini.


B.     Visi dan Misi Paroki
Paroki Baturetno merupakan bagian dari KAS dan bagian dari spiritualitas Yesuit, maka dirumuskan Visi dan Misi Paroki sebagai berikut.
a.   Visi
Dalam terang Roh Kudus, menjadi Umat Allah yang relevan dan signifikan dengan beriman yang tangguh dan tahan uji, mengakar pada budaya setempat dan melestarikan keutuhan ciptaan.

b.   Misi
1.   Membangun pribadi dan hidup kristiani yang tangguh dengan meneladan Santo Yusup yang rendah hati dan tahan uji.
2.   Membangun keluarga beriman berdasarkan semangat Injil supaya terbuka dan setia pada sabda Kristus.
3.   Menumbuhkembangkan Gereja yang dewasa dan tangguh dalam melayani sesama terutama kaum KLMTD demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
4.   Menumbuhkembangkan Gereja berdasarkan semangat Kristus yang mengakar pada budaya setempat dan melestarikan keutuhan ciptaan.

      C. Keadaan Geografis
1. Wilayah Teritorial
Wilayah Paroki Baturetno berada di kawasan kaki Pegunungan Seribu di bagian selatan Kabupaten Wonogiri. Paroki Baturetno mencakup lima kecamatan, yaitu Kecamatan Baturetno, Batuwarno, Karangtengah, Tirtomoyo dan Nguntoronadi. Wilayah selatan, berbatasan dengan Paroki Danan, sebelah utara dan barat  berbatasan dengan Paroki Wonogiri, sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Paroki Ponorogo (Jawa Timur).
Paroki Baturetno memiliki 9 wilayah yang dibagi dalam 38 lingkungan. Wilayah Batu Selatan yang berjarak kurang lebih 3 km di selatan   pusat paroki, terdiri atas 5 lingkungan, yaitu Balepanjang, Watuagung, Sambeng, Batu Kidul, dan Batu Tengah.  Sedangkan Wilayah Batu Utara merupakan wilayah di pusat paroki yang terdiri atas 4 lingkungan yaitu Batu Asisi, Batu Rosari, Talunombo, dan Duren. Wilayah Patuk, berjarak kurang 1 km di sebelah barat pusat paroki, terdiri atas 4 lingkungan, yaitu Patuk Yakobus, Patuk Paulus, Gambiranom Maria, dan Gambiranom Carolus. Wilayah Jamprit, kurang lebih 3 km dari pusat paroki, terdiri atas 5 lingkungan, yaitu Saradan, Klerong, Jamprit Elias, Jamprit Samuel, dan Jamprit Daniel. Wilayah Selopuro, kurang lebih 10 km sebelah timur pusat paroki, terdiri atas 4 lingkungan, yaitu Melikan, Selopuro, Wates, dan Diaspora. Wilayah Boto, berjarak kurang lebih 5 km sebelah utara pusat paroki terdiri atas 4 lingkungan, yaitu Sendangrejo, Boto, Ngawu, dan Kedungombo. Wilayah Kedungrejo, kurang lebih 8 km dari pusat paroki, terdiri atas 4 lingkungan yaitu Kwangen Matius, Kedungrejo Gregorius, Kedungrejo Stephanus, Gebang. Wilayah Ngadiroyo,  kurang lebih 13 km utara dari pusat paroki terdiri atas 2 lingkungan yaitu Ngadiroyo dan Ngadipiro. Sedangkan wilayah Tirtomoyo, berjarak kurang lebih 12 km utara pusat paroki, terdiri atas 4 lingkungan yaitu Sendangmulyo, Banyakprodo, Tirtomoyo Agustinus, Tirtomoyo Stephanus, Ngampel, dan Ngrejo.
Tabel 2.1. Daftar Wilayah dan Lingkungan Paroki Baturetno
No
Wilayah
Lingkungan
Keterangan
1.
Batu Selatan
Watuagung, Balepanjang, Sambeng, Batu Tengah, Batu Kidul
5 lingkungan
2.
Batu Utara
Batu Rosari, Batu Asisi, Talun, Duren
4 lingkungan
3.
Patuk
Patuk Yakubus, Patuk Paulus, Gambiranom Maria, Gambiranom Carolus
4 lingkungan
4.
Jamprit
Jamprit Daniel, Jamprit Samuel, Jamprit Elias, Klerong, Saradan
5 lingkungan
5.
Selopuro
Melikan, Diaspora, Wates, Selopuro
4 lingkungan
6.
Boto
Boto, Kedungombo, Sendangrejo, Ngawu
4 lingkungan
7.
Kedungrejo
Kedungrejo Gregorius, Kedungrejo Stephanus, Kwangen Mateus, Gebang
4 lingkungan
8.
Ngadiroyo
Ngadiroyo, Ngadipiro
2 lingkungan
9.
Tirtomoyo
Banyakprodo, Tirtomoyo Stephanus, Ngampel, Sendangmulyo, Tirtomoyo Agustinus, Ngrejo
6 lingkungan
Jumlah
38 lingkungan
2.   Kondisi Alam
Baturetno memiliki suhu harian antara 26°-30°C, terletak di 7o59’ LS dan 110o56'0"BT, dengan 2 musim yaitu penghujan dan kemarau. Kontur wilayahnya relatif datar dibandingkan wilayah kecamatan lain dalam Kabupaten Wonogiri. Sebagian besar daerahnya tandus, kering, dan berbatu seperti desa-desa lainnya di wilayah selatan Kabupaten Wonogiri, meskipun juga ada lahan yang bisa ditanami tanaman pangan, tetapi tidak luas dan hasilnya juga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Topografi  desa adalah perbukitan dengan struktur tanah yang didominasi batuan gamping sebagai ciri khasnya. Kondisi geografis dan struktur geologis dengan batuan kapur berlapis-lapis memberikan kesan bahwa daerah ini tampak sebagai kawasan batu bertanah. Tanah hanya sedikit terlihat di celah-celah batu.
Dengan kondisi demikian tidak mengherankan kalau daerah ini dikategorikan daerah tandus dan banyak masyarakat khususnya generasi muda bermigrasi dan bekerja di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Sala, dan sebagainya.

      Keadaan Demografis (Kependudukan)
Berdasarkan data   Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Wonogiri tahun 2011 jumlah penduduk Kabupaten Wonogiri pada tahun 2011 mencapai 1.252.930 jiwa dengan komposisi 629.432 penduduk laki-laki dan 623.498 jiwa penduduk perempuan dan laju pertumbuhan penduduk 0,56%.
Sementara itu jika dilihat dari tingkat kepadatan bruto penduduk, pada tahun 2011 mencapai 688 jiwa/km2 dengan rentang kepadatan bruto penduduk per kecamatan antara 369 jiwa/km2 hingga 1.481jiwa/km2. Kepadatan tertinggi masih terkonsentrasi pada ibu kota kabupaten dan mengelompok di sekitar jalan provinsi dari arah Kecamatan Selogiri sampai ke arah Kecamatan Purwantoro. Sedangkan jumlah Kepala Keluarga (KK) mencapai 375.701 KK sehingga   rata-rata jumlah jiwa dalam 1 (satu) KK sebanyak 3-5 jiwa/KK.
Dari data penduduk berdasarkan jenis pekerjaan, dari total jumlah penduduk sebagian besar adalah petani yaitu sebanyak 29,31% dan sebanyak 23,33% bekerja pada bidang lain di antaranya  : jasa-jasa (tukang cukur, tukang batu, tukang jahit, penata rambut, tukang kayu, dan lain-lain); buruh harian (buruh harian lepas, buruh tani, buruh perkebunan, buruh nelayan, buruh peternakan, dan lain-lain); pembantu rumah tangga; seniman; tabib, dan lain-lain.

D.  Keadaan Sosial Budaya dan Ekonomi
1.   Kondisi Sosial
 Secara sosial kemasyarakatan, penduduk di sekitar Paroki Baturetno adalah masyarakat yang heterogen,  baik secara etnis maupun agama. Etnis Jawa merupakan etnis mayoritas di sekitar Paroki Baturetno, sedangkan agama Islam merupakan agama yang lebih dominan dalam hal jumlah. Keberagaman ini dipandang sebagai suatu kekayaan yang memperindah kehidupan sosial. Situasi kehidupan masyarakatnya masih kental dengan pola hidup orang desa yang belum banyak terkontaminasi oleh gaya hidup orang kota/metropolitan. Semangat hidup gotong royong, kebersamaan, kerukunan, dan lain-lain masih sangat lekat dalam kehidupan sehari-harinya. Jadi meskipun masyarakat di sekitar Paroki Baturetno beragam, akan tetapi keberagaman itu tidak dianggap sebagai perbedaan yang mengancam. Toleransi terhadap umat Katolik sebagai kelompok minoritas cukup baik. Tidak pernah terjadi gangguan terhadap peribadatan Katolik.
Secara politis, peran umat Katolik dalam tata pemerintahan sangat minim terkecuali mereka yang bekerja sebagai PNS bila dibandingkan dengan adanya keterwakilan orang Katolik baik pada lembaga legislatif maupun di lembaga yudikatif. Faktor mendasar yang melatarbelakangi hal tersebut adalah faktor minoritas umat Katolik. 
2.   Kondisi Ekonomi  
Mata pencaharian mayoritas penduduk kecamatan ini adalah petani sawah tadah hujan, buruh bangunan, buruh tani, pedagang, wiraswasta, dan sebagainya. Gambaran jenis mata pencaharian tersebut menggambarkan masyarakat berpenghasilan rendah dengan kondisi ekonomi rumah tangga yang miskin.
Di Wonogiri hampir sebagian besar tanahnya tidak terlalu subur untuk pertanian, bebatuan dan kering membuat penduduknya lebih banyak merantau  , karena mengandalkan hasil pertanian saja masyarakat sekitar Baturetno tidak bisa mencukupi kebutuhan rumah tangganya, sehingga mencari tambahan penghasilan sebagai buruh ke kota merupakan cara untuk mencukupi kebutuhan tersebut.
Beberapa produk makanan khas Baturetno adalah tempe keripik, sate kambing, dan gudeg terik, yang dapat dijumpai di sekitar pasar dan terminal bus. Sementara memelihara ternak (sapi, kambing, ayam) adalah usaha sampingan untuk menambah pendapatan keluarga bagi masyarakat pedesaan.

E. Tata Penggembalaan Paroki
Tata penggembalaan paroki meliputi: (1) Bidang Liturgi dan Peribadatan, (2) Bidang Pewartaan dan Evangelisasi, (3) Bidang Pelayanan Kemasyarakatan, (4) Bidang Paguyuban,  (5) Kepengurusan PGPM, (6) Kepemimpinan Komunitas Pastoran. Dari data yang terkait dengan keenam bidang tata penggembalaan tersebut dapat diimplementasikan dalam bentuk rekomendasi pastoral guna menciptakan pembaruan, pemberdayaan, dan peningkatan mutu pelayanan sehingga membuahkan kesaksian hidup kristiani kepada masyarakat.
1.   Bidang Liturgi dan Peribadatan
Di Paroki Santo Yusup Baturetno per tahun 2011 ini jadwal pelayanan liturgi dan peribadatan untuk periode tertentu (harian, mingguan dan selapanan/35 hari-an) tersedia dan siap diaplikasikan. Secara kuantitatif jumlah pelayanan liturgi dan peribadatan ada 2 jenis yaitu jadwal yang ditetapkan oleh paroki untuk lingkungan dan wilayah atau keluarga (sakramen perkawinan) dan jadwal yang bisa diminta sewaktu-waktu oleh umat secara pribadi di luar jadwal jam-jam rutin yang sudah ada. Hanya saja pelaksananya menjadi pekerjaan yang dikoordinasikan oleh Ketua Lingkungan dan menjadi kegiatan lingkungan.
Selanjutnya secara periodik jumlah pelayanan liturgi dan peribadatan meliputi: jadwal misa harian (masih sebatas di gereja induk paroki), jadwal mingguan ekaristi di gereja induk, jadwal dua mingguan ekaristi di kapel-kapel wilayah (kecuali Wilayah Selopuro masih selapanan), jadwal selapanan/ 35 hari (ekaristi di lingkungan-lingkungan separoki).
Jumlah jadwal pelayanan liturgi dan peribadatan untuk kelompok kategorial baru sebatas kelompok tertentu yaitu misa pelajar di sekitar gereja induk (gabungan SD, SMP dan SLA) waktu sebulan sekali setiap Jumat minggu ke-2 pukul 12.00 WIB. Namun disadari pula dalam catatan bahwa sebenarnya penjadwalan liturgi dan peribadatan secara rutin untuk pelajar-pelajar yang berada di wilayah jauh dari gereja induk juga perlu mendapatkan layanan, termasuk kelompok-kelompok kategorial selain kelompok pelajar.
Keluhan umat terhadap pelayanan liturgi dan peribadatan,   cukup banyak namun pada dasarnya terkait dengan diterapkannya pelaksanaan TPE yang baru, muncul perbedaan-perbedaan persepsi dan pemahaman baik dari para petugas liturgi maupun dari kalangan umat sendiri, keluhan lain yaitu terhadap ketertiban jadwal petugas baik keterlambatan maupun ketidakhadiran tanpa keterangan/pemberitahuan, keluhan dari wilayah yang tidak bisa merayakan ekaristi di kapelnya seminggu sekali, pemilihan lagu oleh petugas kor kadang tidak sesuai tema/kalender liturgi, keluhan terhadap umat yang mengikuti ekaristi terutama dalam hal menonaktifkan HP, datang terlambat pulang cepat, mengikuti ekaristi dengan memilih tempat di luar gedung gereja, sarana dan prasarana pendukung misa yang kurang lengkap, kurang berkualitas ataupun kurang sempurna.
Jumlah prodiakon separoki tertulis 53 orang. Namun ada hal-hal yang masih memprihatinkan. Dari jumlah tersebut ada yang tidak mau melaksanakan tugas karena alasan tertentu.  Ada beberapa yang sudah tidak aktif lagi karena alasan usia maupun karena alasan lain. Jumlah tersebut tidak   merata ada di 38 lingkungan. Dengan demikian beberapa anggota prodiakon ada yang harus merangkap melayani di lingkungan lain. Ditengarai juga ada anggota prodiakon yang tidak bersedia mengirim komuni bagi umatnya yang sedang sakit.
Jumlah petugas liturgi dan peribadatan baik prodiakon, misdinar, pemazmur, dan lektor kami rasakan cukup untuk ukuran minimal. Itu saja masih disadari munculnya kelemahan-kelamahan lain seperti kurang tertibnya kehadiran petugas, kurangnya pendampingan karena memang terbatasnya jumlah pendamping, serta perlunya menemukan strategi perekrutan anggota misdinar maupun anggota lektor dengan lebih baik.
Jadwal pembinaan para petugas liturgi sudah diprogramkan secara rutin, minimal dua kali dalam satu tahun, kecuali prodiakon jadwal pembinaan dilaksanakan tiap selapan/ 35 hari. Namun ada pula yang dilaksanakan secara insidental menurut situasi dan kondisi. Disadari pula dari semua jadwal pembinaan yang sudah diprogramkan tersebut kadang juga tidak bisa dilaksanakan semuanya.
Menyinggung tingkat kesalahan   para petugas liturgi dalam melaksanakan pelayanannya, kadang-kadang masih dirasakan dan dialami  hampir di setiap petugas liturgi (prodiakon, misdinar, pemazmur, paduan suara, dst.) Hal ini sangat disadari bahwa faktor penyebabnya antara lain; kurangnya konsentrasi, kurang intensitas dan kesungguhan berlatih, kurangnya pembinaan secara terpadu/sinergi.
Faktor lain pendukung liturgi dan peribadatan adalah sarana dan prasarana. Inventarisasi sarana liturgi dan peribadatan di paroki kami ada berjalan baik, dan lengkap, meskipun di beberapa kapel wilayah belum sempurna. Keluhan mengenai sarana liturgi dirasakan terutama dalam hal kebersihan baik mencakup pakaian-pakaian liturgi maupun kebersihan lingkungan gereja dan kapel-kapel.
Pembekalan pemandu lingkungan dan kelompok-kelompok kategorial untuk masa-masa Adven, Prapaskah, Bulan maria dan Katekese Liturgi, Bulan Kitab Suci Nasional dan peristiwa liturgi lain dapat berjalan lancar. Namun intenstias kehadiran peserta selama pembekalan belum bisa maksimal.  Ada beberapa lingkungan yang hanya mengambil panduan bahan renungan atau titip  lingkungan terdekat supaya dibawakan. Sementara pembekalan kepada kelompok kategorial, belum dapat berjalan dengan baik/intensif seperti pemandu lingkungan.
Kelompok umat yang aktif menanggapi peristiwa-peristiwa liturgi belum bisa maksimal dan menggembirakan, bahkan dirasakan makin hari semakin berkurang kecuali pada perayaan besar seperti Paskah dan Natal. Dalam peristiwa-peristiwa liturgi biasa persentase kehadiran umat berkisar antara 50% sampai dengan 75%.
Menanggapi devosi-devosi  , belum semua umat menghadirinya seperti   devosi ekaristi, devosi Hati Kudus Yesus ini baru dihadiri oleh sebagian kecil umat terutama paguyuban komunitas suster-suster FSGM dan OSU. Ini dimungkinkan karena kurangnya pemahaman terhadap arti dan pentingnya, kurangnya sosialisasi dan motivasi, kurang peduli menyediakan waktu dan menyediakan diri serta tidak adanya jadwal pendampingan/ pembinaan bagi kelompok umat yang rajin mengikuti. Devosi yang dilaksanakan di Paroki Santo Yusup Baturetno antara lain  devosi kepada Maria (bulan Mei dan Oktober), devosi Ekaristi, devosi Hati Kudus Yesus (Jumat pertama setiap bulan pukul 16.00 WIB), Novena Roh Kudus, dll.
2.   Bidang Pewartaan
   Dalam bidang pewartaan khususnya dalam hal jadwal persiapan homili/hotbah, disiapkan oleh petugas pemimpin ibadat sendiri, jadwal pembuatan persiapan homili/kotbah belum bisa dilaksanakan secara tertulis, bahkan dirasakan ada beberapan persiapan yang terkesan mendadak. Tanggapan umat terhadap homili/hotbah pada umumnya dapat dipahami oleh sebagian besar umat. Namun muncul dalam catatan beberapa pendapat seperti  perlunya peningkatan kualitas/potensi dalam berhotbah, juga perlu upaya agar hotbah tidak menyimpang dari Injil. Beberapa umat yang merasa kurang paham dengan isi hotbah   tetap mau menerima dan berusaha untuk tidak kecewa.
Kegiatan penyegaran rohani/rekoleksi/retret tahunan baru dapat dilakukan oleh kelompok-kelompok umat tertentu, misalnya kelompok Ibu-Ibu Paroki pada bulan Oktober 2010 di Ganjuran Yogyakarta, kelompok PIR pada bulan Juni 2011 di Sendang Ratu Kenya, kelompok katekis pada bulan Agustus 2010 di Wisma Paroki   dapat diselengarakan dengan baik,  kecuali anggota Dewan Paroki yang justru belum pernah mengadakan, meskipun disadari pula bahwa hal ini sebenarnya juga sangat diperlukan.
Kegiatan pembekalan pemandu lingkungan dalam rangka BKL, BKSN, APP, Adven  selalu dapat dilaksanakan dengan baik, termasuk pembekalan secara insidental pada peristiwa-peristiwa tertentu seperti misalnya  Gerakan Peduli Pendidikan (GPP) pada setiap bulan Agustus, konsientisasi Empat Fokus Ardas KAS (Iman Mendalam dan Tangguh bulan Juni).
Pengajaran agama untuk umat lingkungan dan kelompok kategorial tersedia beberapa bentuk dan cara pengajaran misalnya  sarasehan (bagi orang tua dan wali baptis yang akan membaptiskan bayinya), sedangkan yang berbentuk pendalaman iman antara lain  persiapan komuni pertama, persiapan penerimaan sakramen penguatan, persiapan perkawinan, persiapan baptis/katekumen.
Jadwal pengajaran ada dan berjalan dengan baik, alokasi sesuai dengan pedoman yang berlaku misalnya : untuk katekumen minimal 40 kali pertemuan, komuni pertama anak usia kelas 4 atau 5 SD (pengajaran selama kurang lebih 1 tahun), penguatan anak usia kelas VII SMP dan yang baptis dewasa 2 tahun setelah baptis (20 kali pertemuan).
Jumlah guru-guru agama yang ada di paroki kami kurang mencukupi (idealnya setiap lingkungan   memiliki 1 guru agama, namun kenyataannya dari 38 lingkungan baru tersedia 13 guru agama.  Namun dalam catatan kami muncul gagasan sebagai solusi sementara yaitu dengan meningkatkan SDM yang sudah ada, yang dipandang berpotensi dan memiliki hati untuk pelayanan di bidang ini.
Jumlah buku pelajaran agama dan sarana penunjang lainya, kurang lengkap sehingga selama ini para pendamping mengusahakan sendiri buku pegangan yang diperlukan, (untuk hal ini ke depan disadari bahwa paroki perlu menyediakan buku-buku dan sarana pendukung pendampingan iman umat).
Data tahunan calon penerima sakramen-sakramen yang sudah mendapatkan pengajaran iman, ada dan lengkap, terutama di tangan para katekis lingkungan .  Di sekretariat paroki untuk data calon penerima tidak ada. Yang   ada   adalah data penerima sakramen. Selanjutnya data buku presesnsi belum ada, yang tersedia adalah kartu presensi yang dibawa sendiri oleh peserta.
Jumlah kegiatan promosi   panggilan di paroki kami selalu ada setiap tahun (pada setiap hari minggu panggilan). Sementara untuk kegiatan-kegiatan terkait dengan panggilan secara rutin berjalan (yaitu pertemuan dan doa-doa panggilan oleh orang tua terpanggil secara rutin setiap bulan) dan kegiatan yang dilaksanakan secara insidental    seperti  sapaan terhadap anak pada saat pemberkatan anak. Sumbangan umat sebagian lingkungan untuk seminari ada dan dapat berjalan setiap bulan. Juga kunjungan ke seminari (mengikuti agenda jadwal seminari).
Jumlah umat yang menjadi calon imam atau relegius kadang-kadang ada, khusus tahun 2010/2011 tidak ada.
Perhatian paroki terhadap sekolah-sekolah yang ada, salah satunya ditunjukkan dengan adanya pertemuan-pertemuan dengan pengelola sekolah. Namun hal ini hanya terjadi jika diminta dari pihak sekolah saja. Jadwal misa pelajar (SD, SMP, dan SLA) dapat dilaksanakan setiap bulan (hari Jumat minggu   II pukul 12.00 WIB), namun baru terlaksana untuk pelajar di sekitar gereja induk.
Pembinaan khusus seperti rekoleksi/retret guru atau pelajar dilaksanakan oleh sekolah masing-masing, tanpa melibatkan paroki.
Arsip data alamat sekolah, di sekretariat ada dan lengkap.
Jumlah kegiatan/program pastoral yang ditetapkan Tim Kerja Pendidikan di paroki antara lain   beasiswa SD dan SMP yang dananya dikelola dari hasil Gerakan Peduli Pendidikan. Rekoleksi pelajar SLA separoki pada bulan Agustus 2011.
3.   Bidang Pelayanan Kemasyarakatan
   Dalam bidang sosial pembekalan kepada para pemandu lingkungan dan kategorial untuk bulan ASG (Ajaran Sosial Gereja) di paroki kami, tidak selalu ada tetapi dilakukan menurut kebutuhan dan sebagai warga masyarakat pedesaan terkait dengan ajaran sosial ini sebenarnya umat sudah menjalankan namun tidak disadari kalau itu merupakan ASG.
Persentase pengurus Dewan Paroki Pleno yang mengetahui ASG baru sebagian kecil saja yaitu  mereka yang masuk di tim PSE itu pun belum paham sepenuhnya.
Di paroki kami ada program dan pemanfaatan dana papa miskin dari kolekte umum dan persembahan bulanan serta dana-dana lain untuk orang miskin yang dikelola oleh Tim KLMTD sesuai maksud dan tujuannya.
Laporan keuangan khusus penggunaan dana papa miskin dari Tim Kerja PSE / pengelola dana APP dan sosial lainnya, berjalan dengan baik dan lancar. Laporan disampaikan ke lingkungan-lingkungan lewat anggota Tim Kerja PSE Lingkungan (Sosek).
Jumlah jaringan kerja sama yang terjalin dengan pihak lain berjalan dengan aktif misalnya  Pelayanan pengobatan murah baik medis maupun alternatif (secara medis bersama Bapak Dokter H. Gardo Haksono, Suster-suster FSGM BKIA Janglot, secara alternatif oleh Bapak Maryono dan Ibu Ch. Sudarni) dilakukan minimal setiap HUT paroki, donor darah oleh Tim Kerja Kesehatan bekerja sama dengan PMI Kab. Wonogiri setiap tiga bulan sekali.
Perhatian paroki dan pembinaan untuk kerasulan awan, jumlah umat/kelompok-kelompok awam yang terlibat masih sebatas pada bidang-bidang seperti  WKRI, Koperasi, Kelompok Tani Lestari, Kelompok Niyaga (penabuh instrumen gamelan Jawa), kelompok slawatan, dan kelompok musik bambu. Di bidang sosial kemasyarakatan misalnya kelompok umat yang menjabat sebagai perangkat desa (RT, RW, Kadus, Kades, dll.).  Namun untuk kelompok ini pembinaannya baru diprogramkan dan belum bisa terlaksana.
4.   Bidang Paguyuban
       Di paroki kami Tim Kunjungan Keluarga   belum terbentuk. Namun pelaksanaan kunjungan keluarga baru dilaksanakan secara insidental baik oleh Pastor sambil pelayanan ekaristi lingkungan maupun dilaksanakan oleh Tim pewartaan dalam rekoleksi orang tua calon baptisan bayi serta wali baptis, serta oleh Tim KLMTD dalam melaksanakan kunjungan keluarga yang tergolong KLMTD untuk realisasi bantuan. Sebagai catatan terkait dengan Program Kunjungan Keluarga ini bahwa disadari ada beberapa keluarga yang mengalami masalah perkawinan/masalah keluarga, tetapi belum terungkap karena memang tidak ada mediasi atau tim yang menyediakan layanan.
Jumlah kehadiran pastor dalam pertemuan-pertemuan rutin kelompok umat berjalan dengan baik, diatur secara merata kecuali jika beberapa acara berjalan bersamaan dalam jarak yang berjauhan. Selanjutnya jumlah pendampingan/pembinaan untuk kelompok-kelompok ada dan berjalan jika pihak kelompok mengajukan permintaan.
5.   Kepengurusan PGPM
   Dalam layanan tata kelola harta benda paroki, jumlah aset yang bermasalah administrasinya sama sekali tidak ada masalah. Jumlah kelengkapan surat-surat  berharga tersimpan dengan aman namun tidak lengkap yaitu masih menyimpan dua sertfikat asli tanah yang berstatus HGB atas nama Kanisius (Balik Nama belum diurus/diselesaikan); IMB untuk semua kapel wilayah maupun lingkungan belum ada.
6.   Kepemimpinan Komunitas Pastoran
       Di paroki kami kebutuhan sehari-hari terpenuhi, keluhan tidak ada, pertemuan pembinaan untuk karyawan dilaksanakan tidak teratur/jarang. Karyawan yang bermasalah tidak ada, pertemuan pastoran rutin jarang dilaksanakan. Job description untuk pastor dan karyawan ada pembagian tugas yang disepakati dan terlaksana, namun beberapa hal tidak bisa terlaksana dengan baik misalnya masalah komunikasi. Laporan keuangan yang ditujukan kepada uskup terlaksana secara rutin setiap bulan. Daftar inventaris harta benda pastoran ada dan lengkap.







F.     Pastoral Umum
3.1    Pastoral Anak-Anak
No.
Wilayah
Pastoral Anak-Anak
Jumlah 
< 6 Tahun
7−12 Tahun 
1
 BATU SELATAN
14
29
43
2
 BATU UTARA
14
26
40
3
 PATUK
22
29
51
4
 JAMPRIT
17
27
44
5
 SELOPURO
18
18
36
6
 BOTO
20
35
55
7
 KEDUNGREJO
14
18
32
8
 NGADIROYO
6
24
30
9
 TIRTOMOYO
17
37
54
Total per Paroki
142
243
385
Persentase
35,6%
64,4%


Berdasarkan pendataan umat tahun 2011, umat Katolik di Paroki St. Yusup Baturetno berjumlah 3.220 jiwa. Sebanyak 11,95%-nya adalah anak-anak usia 0 – 12 tahun. Kurang lebih 243 jiwa (64,4%) berusia 7–12 tahun atau usia Sekolah Dasar, dan 142 jiwa (35,6%) berusia 0–6 tahun atau usia TK/PAUD.
Sehubungan dengan pendampingan iman anak, orang tua sejak dini mengarahkan anak-anak supaya melibatkan diri dalam kegiatan Gereja sesuai kemampuan mereka. Kegiatan itu berupa Pembinaan Iman Anak (PIA), sekolah minggu, putra altar, kor anak-anak, membersihkan lingkungan gereja dan sejenisnya. Anak-anak akan mengikuti semua kegiatan Gereja jika orang tua mengajaknya. Ke depan anak-anak ini diharapkan menjadi seorang yang dewasa, baik dalam usia maupun lebih-lebih dalam imannya. Dengan demikian mereka akan mampu melibatkan diri dalam menghidupkan Gereja masa depan. Di samping itu pembekalan dan pembinaan bagi para pendamping PIA, sekolah minggu, putra altar pun perlu mendapatkan perhatian semua pihak. Itu dilakukan demi peningkatan kemampuan dan kesanggupan mereka mendampingi anak-anak, dan dengan itu mutu iman mereka sendiri pun meningkat.
3.2    Pastoral OMK
No.
Wilayah
Pastoral OMK
Jumlah   OMK
13 - 15 Th
16 - 18 Th
19 - 24 Th
25 - 30 Th
1
 BATU SELATAN
10
10
17
15
52
2
 BATU UTARA
9
10
15
14
48
3
 PATUK
12
27
31
26
96
4
 JAMPRIT
12
19
20
12
63
5
 SELOPURO
12
14
27
27
80
6
 BOTO
18
19
23
11
71
7
 KEDUNGREJO
14
16
25
16
71
8
 NGADIROYO
12
9
12
12
45
9
 TIRTOMOYO
16
29
48
24
117
Total per Paroki
115
153
218
157
643
Persentase
17,3%
23,8%
34,7%
24,2%


Berdasarkan pendataan umat tahun 2011, 19,97% (sekitar 643 jiwa) umat Katolik di Paroki St. Yusup Baturetno adalah orang muda/OMK (dahulu Mudika). Yang dimaksud dengan OMK adalah orang muda Katolik berusia 13−30 tahun atau belum menikah. OMK menyebar di 9 wilayah.  Dalam rangka bekerja atau kuliah/menuntut ilmu, banyak OMK yang tinggal di kota di luar Baturetno.
Pada usia ini, perilaku dan sikap mereka sering membingungkan orang tua. OMK menginginkan kebebasan, ingin berekspresi semau mereka, ingin mencari dan menemukan jati diri. Mereka juga sering melakukan perbuatan-perbuatan yang membuat orang tua khawatir.
Tantangan yang dihadapi untuk pastoral OMK terdapat pada 268 (41,1%) OMK usia 13−18 tahun dari 643 OMK yang ada. Pada usia ini, mereka sibuk mengerjakan pelbagai tugas sekolah, les tambahan untuk bekal ke jenjang yang lebih tinggi, serta kegiatan ekstrakurikuler. Persaingan yang sedemikian kuat di antara mereka, bisa menyebabkan nilai-nilai kebersamaan dan kepedulian terhadap sesama serta lingkungannya, berkurang.
Sedangkan 218 (33,5%) OMK dari 643 OMK  yang ada,  umumnya menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan atau studi lanjut. Banyak dari antara mereka melanjutkan studi di luar Baturetno. Dengan demikian kesempatan bersosialisai dengan keluarga, komunitas lingkungan, dan Gereja, banyak berkurang. Bahkan bisa sama sekali tidak saling bertemu. Ini terbukti ketika lingkungan-lingkungan dan Gereja membutuhkan keberadaan mereka. Betapa sulitnya mengumpulkan dan melibatkan mereka.
Selain itu sebanyak 157 (24,7%) OMK usia 25–30 tahun dari 643 OMK yang ada, sibuk untuk dapat memiliki pekerjaa atau mendapatkan calon pasangan hidup. Hal ini pun penting mendapatkan pendampingan yang selayaknya, seperti menjaga dan berusaha mendapatkan pasangan hidup seiman atau tepat, serta memiliki pekerjaan yang bisa memenuhi kebutuhan hidup. Di samping itu, mereka juga memerlukan kemudahan dan pendampingan agar spiritualitasnya berkembang.
3.3    Pastoral Dewasa
No.
Wilayah
Pastoral Dewasa
Jumlah Orang Dewasa
≤ 30 Th
(Nikah)
30-39 Th
40-49 Th
50-59 Th
60-69 Th
³70 Th
1
 BATU SELATAN
6
34
43
40
38
31
192
2
 BATU UTARA
4
30
32
59
37
26
188
3
 PATUK
8
48
47
65
59
37
264
4
 JAMPRIT
6
30
47
57
45
44
229
5
 SELOPURO
10
33
43
57
38
26
207
6
 BOTO
6
34
59
74
58
52
283
7
 KEDUNGREJO
4
31
44
50
56
42
227
8
 NGADIROYO
2
19
33
39
33
18
144
9
 TIRTOMOYO
3
58
55
99
50
30
295
Total per Paroki
49
317
403
540
414
306
2,029
Persentase
2,0%
15,9%
19,4%
26,1%
21,0%
15,7%


Dalam rangka pastoral, yang dimaksud dewasa adalah mereka yang berusia 30 tahun ke atas, ditambah dengan yang berusia di bawah 30 tahun tetapi sudah menikah. Jumlahnya sebaganyak 2.029 jiwa atau sekitar 63%-nya umat Paroki St. Yusup Baturetno. Kelompok ini menjadi tulang punggung ekonomi keluarga, hidup bermasyarakat, maupun hidup menggereja. Dari 2.028 jumlah tersebut, 1.309 jiwa termasuk umat usia produktif, yakni berusia 30 – 59 tahun plus  berusia di bawah 30 tahun tetapi sudah menikah. Dengan demikian, mereka ini harus pandai-pandai membagi waktu  untuk keluarga, kerja, Gereja, dan sosial kemasyarakatan.
3.4    Pastoral Keluarga
No.
Wilayah
Status Hidup Berkeluarga
Jumlah   Umat
≥15 th

Blm Nikah
Sah Katolik
Beda Agama
Beda Gereja
Luar Gereja
Ditinggal Pasangan
Berma-
salah
Janda /Duda
Hidup Bersama
Nikah Adat
R-B-S   Asli
R-B-S  Kerja


1
BATU SELATAN
51
140
6
1
0
1
0
30
0
0
0
0
229

2
BATU UTARA
44
129
4
1
0
3
1
35
0
0
0
6
223

3
PATUK
98
202
5
0
1
0
0
32
0
0
2
1
341

4
JAMPRIT
59
161
20
2
4
2
3
26
0
0
0
0
277

5
SELOPURO
65
173
2
0
1
2
1
17
0
0
0
0
261

6
BOTO
57
214
4
0
3
6
4
45
0
0
0
0
333

7
KEDUNGREJO
74
171
8
1
2
1
3
24
0
0
1
0
285

8
NGADIROYO
40
110
5
2
4
2
0
7
0
0
0
0
170

9
TIRTOMOYO
127
211
9
1
3
4
5
25
0
0
0
0
385

Total per Paroki
615
1,511
63
8
18
21
17
241
0
0
3
7
2,504

Persentase
24,9%
60,1%
2,5%
0,3%
0,7%
0,8%
0,7%
9,6%
0%
0%
0,1%
0,3%



Berdasarkan pendataan umat tahun 2011, terdapat 1.511 pasangan antar-Katolik, 63 pasangan Katolik dengan non-Kristiani (perkawinan beda agama), 8 pasangan Katolik dengan Protestan (perkawinan beda Gereja), dan  18 pasangan menikah di luar Gereja. Bahwa di Paroki St. Yusup Baturetno terdapat pasangan menikah beda agama, beda Gereja, bahkan menikah di luar Gereja, tidak mudah dihindarkan mengingat umat Katolik berada di lingkungan yang majemuk dan minoritas.
Melihat kenyataan seperti itu, Gereja perlu mengoptimalkan pendampingan keluarga secara berkesinambungan. Bentuk-bentuk pendampingan yang dapat dilakukan misalnya mengikutsertakan pasutri dalam seminar keluarga, kunjungan keluarga, rekoleksi keluarga muda, rekoleksi pasutri di tiap-tiap wilayah (misal pada bulan September bersamaan dengan Bulan Kitab Suci). Agar bobot rekoleksi meningkat, narasumber yang kompeten pada bidangnya, perlu dihadirkan. Sedangkan pembahasan materi disesuaikan dengan usia perkawinan peserta kegiatan.
Umumnya, keluarga-keluarga umat Paroki St. Yusup Baturetno mampu menyekolahkan anak-anak mereka sampai pendidikan menengah (SMP, SMA, SMK). Setelah itu anak-anak merantau ke luar Baturetno. Dengan demikian keluarga mengalami kesulitan dalam mendampingi iman anak-anak mereka. Maka perlu dipikirkan bagaimana berpastoral bagi para mereka yang merantau ini.
3.5    Pastoral Baptis
No.
Wilayah
Kelompok Baptis
Jumlah
Umat
Anak
Remaja
Dari Islam
Dari Protestan
Dari Lainnya
Belum Baptis
Belum Tercatat
1
 BATU SELATAN
127
53
85
2
7
4
0
278
2
 BATU UTARA
110
51
79
2
20
7
0
269
3
 PATUK
190
103
96
1
7
2
0
399
4
 JAMPRIT
119
83
105
1
14
7
0
329
5
 SELOPURO
132
71
40
2
59
3
0
307
6
 BOTO
173
61
59
5
89
7
7
401
7
 KEDUNGREJO
132
83
66
3
35
5
0
324
8
 NGADIROYO
89
37
71
2
11
4
0
214
9
 TIRTOMOYO
217
80
112
5
20
20
0
454
Total per Paroki
1,289
622
713
23
262
59
7
2,975
Persentase
43,3%
20,9%
24,0%
0,8%
8,8%
2,0%
0,2%

Pendataan 2011 menunjukkan bahwa sebagian besar (43,3%) umat Paroki St. Yusup Baturetno menerima sakramen baptis pada usia anak-anak. Sebabnya adalah karena orang tuanya menikah secara Katolik; 24,0% umat menerima sakramen baptis karena dari Islam pindah ke Katolik entah berkaitan dengan perkawinan entah karena dirinya sendiri; 20,9% umat menerima sakramen baptis pada usia remaja karena kurang dukungan orang tua dan kurangnya pengertian akan pentingnya arti baptis bagi umat Katolik; 8,8% umat Paroki Baturetno menerima sakramen baptis dari agama lainnya karena perkawinan; 2,0% umat belum baptis; 0,9% umat Protestan diterima sebagai anggota Gereja Katolik; dan 0,2% umat belum tercatat.
3.6    Pastoral Penguatan
No.
Wilayah
Belum Penguatan
Jumlah Calon Penguatan
14 - 15 th
16 - 18 th
19 - 24 th
 ≥ 25 th
1
 BATU SELATAN
7
6
6
24
43
2
 BATU UTARA
5
3
4
25
37
3
 PATUK
9
6
4
35
54
4
 JAMPRIT
6
5
2
21
34
5
 SELOPURO
4
6
2
22
34
6
 BOTO
10
3
1
23
37
7
 KEDUNGREJO
9
6
2
10
27
8
 NGADIROYO
5
2
1
11
19
9
 TIRTOMOYO
9
13
7
33
62
Total per Paroki
64
50
29
204
347
Persentase
17,5%
18,4%
7,9%
56,2%


Pendataan 2011 memperlihatkan bahwa sebagian besar (56,2%) umat belum menerima sakramen penguatan pada usia ≥ 25 tahun.  Ini terjadi karena kesibukan mencari nafkah di kota di luar Baturetno, sehingga tidak ada waktu untuk mengikuti pelajaran persipan menerima sakramen penguatan; 17,5% umat belum menerima sakramen  penguatan pada usia 14-15 tahun karena orang tua mengerti bahwa pelajaran calon penguatan harus diikuti pada usia 15 tahun ke atas; 18,4% umat belum menerima sakramen penguatan pada usia 16-18 tahun pada usia tersebut banyak anak memilih melanjutkan sekolah di kota di luar Baturetno; sedangkan 7,9% umat yang belum menerima sakramen penguatan pada usia 19-24 tahun karena melanjutkan sekolahnya dengan kuliah di kota di luar Baturetno.
Mengapa umat yang belum menerima sakramen penguatan mencapai jumlah sebanyak itu? Padahal setiap 2 tahun ganjil di Paroki Baturetno  selalu dilayani penerimaan sakramen penguatan oleh Bapak Uskup. Semoga saja umat dewasa yang belum menerima sakramen penguatan sekadar mengalami hambatan faktor-faktor nonteknis seperti lupa atau tidak tahu.
Karena itu Tim Kerja Katekis perlu menindaklanjutinya, supayaa mereka yang sampai saat ini belum menerima sakramen penguatan dapat terlayani sebaik-baiknya.
Diangkat kembali bahwa terdapat 204 (56,2%) umat dewasa usia 25 tahun ke atas belum menerima sakramen penguatan. Padahal anak usia SMP (14-15 tahun) sudah dapat menerima sakramen penguatan.


Kesimpulan Umum
Pendataan umat di Paroki Santo Yusup Baturetno merupakan bagian dari realisasi Program Ardas KAS 2011–2015. Sebagaimana diketahui bahwa pada tahun 2011 menjadi tahun pendataan dan konsientisasi Ardas. Dengan demikian, gerakan Ardas KAS juga menjadi gerakan Paroki Santo Yusup Baturetno, yaitu berpastoral berbasiskan data.
Data umat Paroki Santo Yusup Baturetno menggambarkan   dinamika kehidupan umat, kekayaan, tantangan, dan kesempatan pastoral yang terkandung di dalam Paroki Santo Yusup Baturetno. Di samping itu juga diharapkan dapat memberi dasar yang kuat bagi pastoral berbasis data di Paroki Santo Yusup Baturetno. Dengan tersedianya data umat ini akan menjadi acuan bagi Gereja dalam menyusun program kerja paroki agar sesuai dengan keadaan dan kebutuhan umat. Sehingga program kerja paroki merupakan hasil penyikapan terhadap keadaan umat dalam menjawab tantangan zaman, dan mengejawantahkan visi-misi paroki dalam program-program pastoral yang menyentuh kebutuhan umat.
Dengan penyusunan program yang didasarkan data ini, diharapkan kehadiran Gereja akan semakin signifikan dan relevan, dapat memberikan kontribusi positif untuk menjawab tantangan pastoral sesuai kebutuhan umat baik bagi umat Katolik sendiri maupun bagi masyarakat luas.

Sumber: Paroki Santo Yusuf Baturetno.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar