PROFIL
PAROKI SANTO YUSUF BATURETNO

A. Sejarah Paroki
Awal Tapak Katolik di Baturetno

Awal Gereja Katolik di Baturetno

Perkembangan Gereja Selanjutnya

Pengembangan
umat didampingi oleh rama-rama dari Paroki Purbayan Surakarta.
Tahun 1950
terjadi krisis sosial dan ekonomi
akibat perang. Kondisi ini mendapat perhatian dari Rama Tjakrawardaya,
Pr dan Rama Dibjawahjana, S.J. dari Purbayan melalui karya pendidikan dan
pemenuhan pangan di wilayah Baturetno.
Mulai tahun
1956 Rama A.P. Poerwadihardja, Pr menetap di Baturetno melayani umat di seluruh
Kabupaten Wonogiri. Selain tugas pokok ini juga bertugas memperhatikan umat di
Kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar. Sejak masa itu Gereja Baturetno mulai
tampak perkembangannya. Pada tahun 1961 Rama A.P. Poerwadihardja, Pr diganti
oleh Rama J. Harsasusanta, Pr dan tahun 1962 Rama Th. Poesposoeganda, Pr
sekaligus sebagai pemimpin Yayasan Kanisius Cabang Baturetno.
Pada tahun
1968 para tokoh awam mendirikan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Santo Thomas di
Baturetno dan kelas filial di Tirtomoyo yang lulusannya menjadi pendukung
perkembangan umat di Tirtomoyo. Namun pada tahun 1974 SPG itu ditutup, karena
surplus lulusan. Untuk pelayanan medis, Ikatan Paramedis Pancasila merintis
mendirikan Balai Pengobatan Pancasila pada tahun 1968, yang dalam
perkembangannya menjadi Balai Pengobatan Ibu dan Anak Pancasila (BKIA) yang
dikelola paroki dan diteruskan oleh Para suster Ordo Fransiscanes Pringsewu
Lampung dan yang sekarang diganti dengan FSGM, sejak 17 Juli 1985.
Pada tahun
1968, Stasi Wonogiri berdiri menjadi paroki, sehingga Pastor dan Dewan Paroki
St. Yusup Baturetno dapat bekerja lebih efektif. Tugas pastoral dan pelayanan
umat dibantu oleh para suster OSU yang datang di Baturetno. Karya para suster
tersebut sangat dirasakan oleh umat bahkan selain umat katolik.
Pada tahun
1972, Rama Th. Poesposoeganda, Pr. diganti oleh Rama Ant. Wignyamartaya Pr. dan
menitikberatkan pada Gereja Mandiri. Beliau digantikan oleh Rama E. Roesgiarto,
Pr. pada bulan Agustus 1978. Pada tanggal 10 Januari 1980 Rama E. Roesgiarto
diganti oleh Rama Y. Stormmesand, S.J. Antara tahun 1980-1994 pembangunan fisik
gereja berlangsung setahap demi setahap, yang menyangkut 13 kapel dan 2 gereja,
yaitu gereja Santo Yusup Baturetno dan gereja (stasi) Santo Ignatius Danan
Giriwoyo.
Sampai
dengan tahun 1994, terjadi jumlah pengembangnan umat yang menggembirakan.
Perkembangan yang menonjol terjadi di Danan dan Jepurun. Karena perkembangan
umat yang cukup pesat di Danan, Danan dirintis untuk menjadi Paroki. Dan
tanggal 1 April 1997 menjadi Paroki Administratif St. Ignatius Danan.
Pada tahun
1998 Rama Y. Wartaya, S.J. mendapat tugas perutusan untuk menjadi Pastor Kepala
Paroki Baturetno. Untuk menyatukan semangat dan paham, dirumuskanlah bersama,
visi, misi dan strategi Paroki St. Yusup Baturetno oleh wakil umat Paroki
Baturetno. Untuk merealisasikan hal tersebut maka diadakan pemekaran wilayah
pelayanan sambil menyempurnakan istilah stasi menjadi wilayah dan kring menjadi
lingkungan. Adapun pemekaran tersebut dimulai pada saat pelepasan Stasi Danan
sebagai paroki tersendiri, dari 6 stasi (Baturetno, Jamprit, Boto, Kedungrejo,
Ngadiroyo, dan Tirtomoyo ) dan 28 kring
dimekarkan menjadi 7 stasi yaitu (Baturetno,Pathuk, Janprit, Boto,
Kedungrejo, Ngadiroyo, dan Tirtomoyo) dan 34 kring. Seiring dengan pemekaran lanjutan menjadi 9
stasi, terjadi perubahan isitilah stasi diganti menjadi wilayah dan istilah
kring diganti menjadi lingkungan. 9
wilayah tersebut adalah Baturetno Selatan, Baturetno Utara, Patuk,
Jamprit, Selopuro, Boto, Kedungrejo, Ngadiroyo, dan Tirtomoyo, dan lingkungan
terdiri dari 38 lingkungan.
Gereja
St. Yusup Baturetno Saat Ini

Tahun 2009
Rama Justinus Muji Santara,S.J. hadir
menggantikan Rama F.X. Widoyoko, S.J.
Rintisan renovasi segera direalisasi secara bertahap mulai dari pembenahan
sekretariat, atap gedung gereja dengan fokus penggantian genting gereja, bagian
lantai mengganti keramik, cat tembok, mebel sampai pada sanitasi lingkungan
gereja.
Mulai tahun
2013 sedang ada perencanaan melanjutkan renovasi gedung pertemuan dan pastoran.
Program besar yang juga dikawal oleh penggembalaan Rama Justinus Muji Santara,S.J. adalah pendataan
umat pada awal 2011, yang hasil akhirnya berupa buku Profil Paroki yang
sekarang ini.
B. Visi dan Misi Paroki
Paroki
Baturetno merupakan bagian dari KAS dan bagian dari spiritualitas Yesuit, maka
dirumuskan Visi dan Misi Paroki sebagai berikut.
a. Visi
Dalam
terang Roh Kudus, menjadi Umat Allah yang relevan dan signifikan dengan beriman
yang tangguh dan tahan uji, mengakar pada budaya setempat dan melestarikan
keutuhan ciptaan.
b. Misi
1. Membangun pribadi dan hidup kristiani yang
tangguh dengan meneladan Santo Yusup yang rendah hati dan tahan uji.
2. Membangun keluarga beriman berdasarkan
semangat Injil supaya terbuka dan setia pada sabda Kristus.
3. Menumbuhkembangkan Gereja yang dewasa dan
tangguh dalam melayani sesama terutama kaum KLMTD demi mewujudkan kesejahteraan
masyarakat.
4. Menumbuhkembangkan Gereja berdasarkan
semangat Kristus yang mengakar pada budaya setempat dan melestarikan keutuhan
ciptaan.
C. Keadaan Geografis
1. Wilayah Teritorial
Wilayah
Paroki Baturetno berada di kawasan kaki Pegunungan Seribu di bagian selatan
Kabupaten Wonogiri. Paroki Baturetno mencakup lima kecamatan, yaitu Kecamatan
Baturetno, Batuwarno, Karangtengah, Tirtomoyo dan Nguntoronadi. Wilayah
selatan, berbatasan dengan Paroki Danan, sebelah utara dan barat berbatasan dengan Paroki Wonogiri, sedangkan
sebelah timur berbatasan dengan Paroki Ponorogo (Jawa Timur).
Paroki
Baturetno memiliki 9 wilayah yang dibagi dalam 38 lingkungan. Wilayah Batu
Selatan yang berjarak kurang lebih 3 km di selatan pusat paroki, terdiri atas 5 lingkungan,
yaitu Balepanjang, Watuagung, Sambeng, Batu Kidul, dan Batu Tengah. Sedangkan Wilayah Batu Utara merupakan
wilayah di pusat paroki yang terdiri atas 4 lingkungan yaitu Batu Asisi, Batu
Rosari, Talunombo, dan Duren. Wilayah Patuk, berjarak kurang 1 km di sebelah
barat pusat paroki, terdiri atas 4 lingkungan, yaitu Patuk Yakobus, Patuk
Paulus, Gambiranom Maria, dan Gambiranom Carolus. Wilayah Jamprit, kurang lebih
3 km dari pusat paroki, terdiri atas 5 lingkungan, yaitu Saradan, Klerong,
Jamprit Elias, Jamprit Samuel, dan Jamprit Daniel. Wilayah Selopuro, kurang
lebih 10 km sebelah timur pusat paroki, terdiri atas 4 lingkungan, yaitu
Melikan, Selopuro, Wates, dan Diaspora. Wilayah Boto, berjarak kurang lebih 5
km sebelah utara pusat paroki terdiri atas 4 lingkungan, yaitu Sendangrejo,
Boto, Ngawu, dan Kedungombo. Wilayah Kedungrejo, kurang lebih 8 km dari pusat
paroki, terdiri atas 4 lingkungan yaitu Kwangen Matius, Kedungrejo Gregorius, Kedungrejo
Stephanus, Gebang. Wilayah Ngadiroyo,
kurang lebih 13 km utara dari pusat paroki terdiri atas 2 lingkungan
yaitu Ngadiroyo dan Ngadipiro. Sedangkan wilayah Tirtomoyo, berjarak kurang
lebih 12 km utara pusat paroki, terdiri atas 4 lingkungan yaitu Sendangmulyo,
Banyakprodo, Tirtomoyo Agustinus, Tirtomoyo Stephanus, Ngampel, dan Ngrejo.
Tabel 2.1.
Daftar Wilayah dan Lingkungan Paroki Baturetno
No
|
Wilayah
|
Lingkungan
|
Keterangan
|
1.
|
Batu Selatan
|
Watuagung, Balepanjang, Sambeng, Batu Tengah, Batu Kidul
|
5 lingkungan
|
2.
|
Batu Utara
|
Batu Rosari, Batu Asisi, Talun, Duren
|
4 lingkungan
|
3.
|
Patuk
|
Patuk Yakubus, Patuk Paulus, Gambiranom Maria, Gambiranom
Carolus
|
4 lingkungan
|
4.
|
Jamprit
|
Jamprit Daniel, Jamprit Samuel, Jamprit Elias, Klerong, Saradan
|
5 lingkungan
|
5.
|
Selopuro
|
Melikan, Diaspora, Wates, Selopuro
|
4 lingkungan
|
6.
|
Boto
|
Boto, Kedungombo, Sendangrejo, Ngawu
|
4 lingkungan
|
7.
|
Kedungrejo
|
Kedungrejo Gregorius, Kedungrejo Stephanus, Kwangen Mateus,
Gebang
|
4 lingkungan
|
8.
|
Ngadiroyo
|
Ngadiroyo, Ngadipiro
|
2 lingkungan
|
9.
|
Tirtomoyo
|
Banyakprodo, Tirtomoyo Stephanus, Ngampel, Sendangmulyo,
Tirtomoyo Agustinus, Ngrejo
|
6 lingkungan
|
Jumlah
|
38 lingkungan
|
2. Kondisi Alam
Baturetno
memiliki suhu harian antara 26°-30°C, terletak di 7o59’ LS dan 110o56'0"BT,
dengan 2 musim yaitu penghujan dan kemarau. Kontur wilayahnya relatif datar
dibandingkan wilayah kecamatan lain dalam Kabupaten Wonogiri. Sebagian besar
daerahnya tandus, kering, dan berbatu seperti desa-desa lainnya di wilayah
selatan Kabupaten Wonogiri, meskipun juga ada lahan yang bisa ditanami tanaman
pangan, tetapi tidak luas dan hasilnya juga tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan keluarga. Topografi desa
adalah perbukitan dengan struktur tanah yang didominasi batuan gamping sebagai
ciri khasnya. Kondisi geografis dan struktur geologis dengan batuan kapur
berlapis-lapis memberikan kesan bahwa daerah ini tampak sebagai kawasan batu
bertanah. Tanah hanya sedikit terlihat di celah-celah batu.
Dengan kondisi
demikian tidak mengherankan kalau daerah ini dikategorikan daerah tandus dan
banyak masyarakat khususnya generasi muda bermigrasi dan bekerja di kota-kota
besar seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Sala, dan sebagainya.
Keadaan
Demografis (Kependudukan)
Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Wonogiri tahun 2011 jumlah penduduk Kabupaten Wonogiri pada tahun
2011 mencapai 1.252.930 jiwa dengan komposisi 629.432 penduduk laki-laki dan 
623.498
jiwa penduduk perempuan dan laju pertumbuhan penduduk 0,56%.


Sementara
itu jika dilihat dari tingkat kepadatan bruto penduduk, pada tahun 2011
mencapai 688 jiwa/km2 dengan rentang kepadatan bruto penduduk per
kecamatan antara 369 jiwa/km2 hingga 1.481jiwa/km2.
Kepadatan tertinggi masih terkonsentrasi pada ibu kota kabupaten dan mengelompok
di sekitar jalan provinsi dari arah Kecamatan Selogiri sampai ke arah Kecamatan
Purwantoro. Sedangkan jumlah Kepala Keluarga (KK) mencapai 375.701 KK
sehingga rata-rata jumlah jiwa dalam 1
(satu) KK sebanyak 3-5 jiwa/KK.
Dari data penduduk berdasarkan
jenis pekerjaan, dari total jumlah penduduk sebagian besar adalah petani yaitu
sebanyak 29,31% dan sebanyak 23,33% bekerja pada bidang lain di antaranya : jasa-jasa (tukang cukur, tukang batu,
tukang jahit, penata rambut, tukang kayu, dan lain-lain); buruh harian (buruh
harian lepas, buruh tani, buruh perkebunan, buruh nelayan, buruh peternakan,
dan lain-lain); pembantu rumah tangga; seniman; tabib, dan lain-lain.
D. Keadaan Sosial Budaya dan Ekonomi
1. Kondisi Sosial
Secara
sosial kemasyarakatan, penduduk di sekitar Paroki Baturetno adalah masyarakat
yang heterogen, baik secara etnis maupun agama. Etnis Jawa merupakan
etnis mayoritas di sekitar Paroki Baturetno, sedangkan agama Islam merupakan
agama yang lebih dominan dalam hal jumlah. Keberagaman ini dipandang sebagai
suatu kekayaan yang memperindah kehidupan sosial. Situasi kehidupan
masyarakatnya masih kental dengan pola hidup orang desa yang belum banyak
terkontaminasi oleh gaya hidup orang kota/metropolitan. Semangat hidup gotong
royong, kebersamaan, kerukunan, dan lain-lain masih sangat lekat dalam
kehidupan sehari-harinya. Jadi meskipun masyarakat di sekitar Paroki Baturetno
beragam, akan tetapi keberagaman itu tidak dianggap sebagai perbedaan yang
mengancam. Toleransi terhadap umat Katolik sebagai kelompok minoritas cukup
baik. Tidak pernah terjadi gangguan terhadap peribadatan Katolik.
Secara
politis, peran umat Katolik dalam tata pemerintahan sangat minim terkecuali
mereka yang bekerja sebagai PNS bila dibandingkan dengan adanya keterwakilan
orang Katolik baik pada lembaga legislatif maupun di lembaga yudikatif. Faktor
mendasar yang melatarbelakangi hal tersebut adalah faktor minoritas umat
Katolik.
2. Kondisi Ekonomi
Mata
pencaharian mayoritas penduduk kecamatan ini adalah petani sawah tadah hujan, buruh bangunan, buruh tani, pedagang, wiraswasta, dan sebagainya.
Gambaran jenis mata pencaharian tersebut menggambarkan masyarakat
berpenghasilan rendah dengan kondisi ekonomi rumah tangga yang miskin.
Di Wonogiri
hampir sebagian besar tanahnya tidak terlalu subur untuk pertanian, bebatuan
dan kering membuat penduduknya lebih banyak merantau , karena mengandalkan hasil pertanian saja
masyarakat sekitar Baturetno tidak bisa mencukupi kebutuhan rumah tangganya,
sehingga mencari tambahan penghasilan sebagai buruh ke kota merupakan cara
untuk mencukupi kebutuhan tersebut.
Beberapa
produk makanan khas Baturetno adalah tempe keripik, sate kambing, dan gudeg
terik, yang dapat dijumpai di sekitar pasar dan terminal bus. Sementara
memelihara ternak (sapi, kambing, ayam) adalah usaha sampingan untuk menambah
pendapatan keluarga bagi masyarakat pedesaan.
E. Tata Penggembalaan Paroki
Tata
penggembalaan paroki meliputi: (1) Bidang Liturgi dan Peribadatan, (2) Bidang
Pewartaan dan Evangelisasi, (3) Bidang Pelayanan Kemasyarakatan, (4) Bidang
Paguyuban, (5) Kepengurusan PGPM, (6)
Kepemimpinan Komunitas Pastoran. Dari data yang terkait dengan keenam bidang
tata penggembalaan tersebut dapat diimplementasikan dalam bentuk rekomendasi
pastoral guna menciptakan pembaruan, pemberdayaan, dan peningkatan mutu
pelayanan sehingga membuahkan kesaksian hidup kristiani kepada masyarakat.
1. Bidang Liturgi dan
Peribadatan
Di Paroki Santo Yusup Baturetno per tahun 2011
ini jadwal pelayanan liturgi dan peribadatan untuk periode tertentu (harian,
mingguan dan selapanan/35 hari-an) tersedia dan siap diaplikasikan. Secara
kuantitatif jumlah pelayanan liturgi dan peribadatan ada 2 jenis yaitu jadwal
yang ditetapkan oleh paroki untuk lingkungan dan wilayah atau keluarga
(sakramen perkawinan) dan jadwal yang bisa diminta sewaktu-waktu oleh umat
secara pribadi di luar jadwal jam-jam rutin yang sudah ada.
Hanya saja pelaksananya menjadi pekerjaan yang dikoordinasikan oleh Ketua
Lingkungan dan menjadi kegiatan lingkungan.
Selanjutnya
secara periodik jumlah pelayanan liturgi dan peribadatan meliputi: jadwal misa
harian (masih sebatas di gereja induk paroki), jadwal mingguan ekaristi di gereja
induk, jadwal dua mingguan ekaristi di kapel-kapel wilayah (kecuali Wilayah
Selopuro masih selapanan), jadwal selapanan/ 35 hari (ekaristi di
lingkungan-lingkungan separoki).
Jumlah
jadwal pelayanan liturgi dan peribadatan untuk kelompok kategorial baru sebatas
kelompok tertentu yaitu misa pelajar di sekitar gereja induk (gabungan SD, SMP
dan SLA) waktu sebulan sekali setiap Jumat minggu ke-2 pukul 12.00 WIB. Namun
disadari pula dalam catatan bahwa sebenarnya penjadwalan liturgi dan
peribadatan secara rutin untuk pelajar-pelajar yang berada di wilayah jauh dari
gereja induk juga perlu mendapatkan layanan, termasuk kelompok-kelompok
kategorial selain kelompok pelajar.
Keluhan
umat terhadap pelayanan liturgi dan peribadatan, cukup banyak namun pada dasarnya terkait
dengan diterapkannya pelaksanaan TPE yang baru, muncul perbedaan-perbedaan
persepsi dan pemahaman baik dari para petugas liturgi maupun dari kalangan umat
sendiri, keluhan lain yaitu terhadap ketertiban jadwal petugas baik
keterlambatan maupun ketidakhadiran tanpa keterangan/pemberitahuan, keluhan
dari wilayah yang tidak bisa merayakan ekaristi di kapelnya seminggu sekali,
pemilihan lagu oleh petugas kor kadang tidak sesuai tema/kalender liturgi,
keluhan terhadap umat yang mengikuti ekaristi terutama dalam hal menonaktifkan
HP, datang terlambat pulang cepat, mengikuti ekaristi dengan memilih tempat di
luar gedung gereja, sarana dan prasarana pendukung misa yang kurang lengkap,
kurang berkualitas ataupun kurang sempurna.
Jumlah
prodiakon separoki tertulis 53 orang. Namun ada hal-hal yang masih
memprihatinkan. Dari jumlah tersebut ada yang tidak mau melaksanakan tugas
karena alasan tertentu. Ada beberapa
yang sudah tidak aktif lagi karena alasan usia maupun karena alasan lain.
Jumlah tersebut tidak merata ada di 38
lingkungan. Dengan demikian beberapa anggota prodiakon ada yang harus merangkap
melayani di lingkungan lain. Ditengarai juga ada anggota prodiakon yang tidak
bersedia mengirim komuni bagi umatnya yang sedang sakit.
Jumlah
petugas liturgi dan peribadatan baik prodiakon, misdinar, pemazmur, dan lektor
kami rasakan cukup untuk ukuran minimal. Itu saja masih disadari munculnya
kelemahan-kelamahan lain seperti kurang tertibnya kehadiran petugas, kurangnya
pendampingan karena memang terbatasnya jumlah pendamping, serta perlunya
menemukan strategi perekrutan anggota misdinar maupun anggota lektor dengan
lebih baik.
Jadwal
pembinaan para petugas liturgi sudah diprogramkan secara rutin, minimal dua
kali dalam satu tahun, kecuali prodiakon jadwal pembinaan dilaksanakan tiap
selapan/ 35 hari. Namun ada pula yang dilaksanakan secara insidental menurut
situasi dan kondisi. Disadari pula dari semua jadwal pembinaan yang sudah
diprogramkan tersebut kadang juga tidak bisa dilaksanakan semuanya.
Menyinggung
tingkat kesalahan para petugas liturgi
dalam melaksanakan pelayanannya, kadang-kadang masih dirasakan dan dialami hampir di setiap petugas liturgi (prodiakon,
misdinar, pemazmur, paduan suara, dst.) Hal ini sangat disadari bahwa faktor
penyebabnya antara lain; kurangnya konsentrasi, kurang intensitas dan
kesungguhan berlatih, kurangnya pembinaan secara terpadu/sinergi.
Faktor lain
pendukung liturgi dan peribadatan adalah sarana dan prasarana. Inventarisasi
sarana liturgi dan peribadatan di paroki kami ada berjalan baik, dan lengkap,
meskipun di beberapa kapel wilayah belum sempurna. Keluhan mengenai sarana
liturgi dirasakan terutama dalam hal kebersihan baik mencakup pakaian-pakaian
liturgi maupun kebersihan lingkungan gereja dan kapel-kapel.
Pembekalan
pemandu lingkungan dan kelompok-kelompok kategorial untuk masa-masa Adven,
Prapaskah, Bulan maria dan Katekese Liturgi, Bulan Kitab Suci Nasional dan
peristiwa liturgi lain dapat berjalan lancar. Namun intenstias kehadiran
peserta selama pembekalan belum bisa maksimal.
Ada beberapa lingkungan yang hanya mengambil panduan bahan renungan atau
titip lingkungan terdekat supaya
dibawakan. Sementara pembekalan kepada kelompok kategorial, belum dapat
berjalan dengan baik/intensif seperti pemandu lingkungan.
Kelompok
umat yang aktif menanggapi peristiwa-peristiwa liturgi belum bisa maksimal dan
menggembirakan, bahkan dirasakan makin hari semakin berkurang kecuali pada
perayaan besar seperti Paskah dan Natal. Dalam peristiwa-peristiwa liturgi
biasa persentase kehadiran umat berkisar antara 50% sampai dengan 75%.
Menanggapi
devosi-devosi , belum semua umat
menghadirinya seperti devosi ekaristi,
devosi Hati Kudus Yesus ini baru dihadiri oleh sebagian kecil umat terutama
paguyuban komunitas suster-suster FSGM dan OSU. Ini dimungkinkan karena
kurangnya pemahaman terhadap arti dan pentingnya, kurangnya sosialisasi dan
motivasi, kurang peduli menyediakan waktu dan menyediakan diri serta tidak
adanya jadwal pendampingan/ pembinaan bagi kelompok umat yang rajin mengikuti.
Devosi yang dilaksanakan di Paroki Santo Yusup Baturetno antara lain devosi kepada Maria (bulan Mei dan Oktober),
devosi Ekaristi, devosi Hati Kudus Yesus (Jumat pertama setiap bulan pukul
16.00 WIB), Novena Roh Kudus, dll.
2. Bidang Pewartaan
Dalam bidang pewartaan khususnya dalam hal
jadwal persiapan homili/hotbah, disiapkan oleh petugas pemimpin ibadat sendiri,
jadwal pembuatan persiapan homili/kotbah belum bisa dilaksanakan secara
tertulis, bahkan dirasakan ada beberapan persiapan yang terkesan mendadak.
Tanggapan umat terhadap homili/hotbah pada umumnya dapat dipahami oleh sebagian
besar umat. Namun muncul dalam catatan beberapa pendapat seperti perlunya peningkatan kualitas/potensi dalam
berhotbah, juga perlu upaya agar hotbah tidak menyimpang dari Injil. Beberapa
umat yang merasa kurang paham dengan isi hotbah tetap mau menerima dan berusaha untuk tidak
kecewa.
Kegiatan penyegaran
rohani/rekoleksi/retret tahunan baru dapat dilakukan oleh kelompok-kelompok
umat tertentu, misalnya kelompok Ibu-Ibu Paroki pada bulan Oktober 2010 di
Ganjuran Yogyakarta, kelompok PIR pada bulan Juni 2011 di Sendang Ratu Kenya, kelompok katekis pada bulan Agustus 2010 di Wisma
Paroki dapat diselengarakan dengan
baik, kecuali anggota Dewan Paroki yang
justru belum pernah mengadakan, meskipun disadari pula bahwa hal ini sebenarnya
juga sangat diperlukan.
Kegiatan
pembekalan pemandu lingkungan dalam rangka BKL, BKSN, APP, Adven selalu dapat dilaksanakan dengan baik,
termasuk pembekalan secara insidental pada peristiwa-peristiwa tertentu seperti
misalnya Gerakan Peduli Pendidikan (GPP)
pada setiap bulan Agustus, konsientisasi Empat Fokus Ardas KAS (Iman Mendalam
dan Tangguh bulan Juni).
Pengajaran
agama untuk umat lingkungan dan kelompok kategorial tersedia beberapa bentuk
dan cara pengajaran misalnya sarasehan
(bagi orang tua dan wali baptis yang akan membaptiskan bayinya), sedangkan yang
berbentuk pendalaman iman antara lain
persiapan komuni pertama, persiapan penerimaan sakramen penguatan,
persiapan perkawinan, persiapan baptis/katekumen.
Jadwal
pengajaran ada dan berjalan dengan baik, alokasi sesuai dengan pedoman yang
berlaku misalnya : untuk katekumen minimal 40 kali pertemuan, komuni pertama
anak usia kelas 4 atau 5 SD (pengajaran selama kurang lebih 1 tahun), penguatan
anak usia kelas VII SMP dan yang baptis dewasa 2 tahun setelah baptis (20 kali
pertemuan).
Jumlah
guru-guru agama yang ada di paroki kami kurang mencukupi (idealnya setiap
lingkungan memiliki 1 guru agama, namun
kenyataannya dari 38 lingkungan baru tersedia 13 guru agama. Namun dalam catatan kami muncul gagasan
sebagai solusi sementara yaitu dengan meningkatkan SDM yang sudah ada, yang
dipandang berpotensi dan memiliki hati untuk pelayanan di bidang ini.
Jumlah buku
pelajaran agama dan sarana penunjang lainya, kurang lengkap sehingga selama ini
para pendamping mengusahakan sendiri buku pegangan yang diperlukan, (untuk hal
ini ke depan disadari bahwa paroki perlu menyediakan buku-buku dan sarana
pendukung pendampingan iman umat).
Data
tahunan calon penerima sakramen-sakramen yang sudah mendapatkan pengajaran
iman, ada dan lengkap, terutama di tangan para katekis lingkungan . Di sekretariat paroki untuk data calon
penerima tidak ada. Yang ada adalah data penerima sakramen. Selanjutnya
data buku presesnsi belum ada, yang tersedia adalah kartu presensi yang dibawa
sendiri oleh peserta.
Jumlah
kegiatan promosi panggilan di paroki
kami selalu ada setiap tahun (pada setiap hari minggu panggilan). Sementara
untuk kegiatan-kegiatan terkait dengan panggilan secara rutin berjalan (yaitu
pertemuan dan doa-doa panggilan oleh orang tua terpanggil secara rutin setiap
bulan) dan kegiatan yang dilaksanakan secara insidental seperti
sapaan terhadap anak pada saat pemberkatan anak. Sumbangan umat sebagian
lingkungan untuk seminari ada dan dapat berjalan setiap bulan. Juga kunjungan
ke seminari (mengikuti agenda jadwal seminari).
Jumlah umat
yang menjadi calon imam atau relegius kadang-kadang ada, khusus tahun 2010/2011
tidak ada.
Perhatian
paroki terhadap sekolah-sekolah yang ada, salah satunya ditunjukkan dengan
adanya pertemuan-pertemuan dengan pengelola sekolah. Namun hal ini hanya
terjadi jika diminta dari pihak sekolah saja. Jadwal misa pelajar (SD, SMP, dan
SLA) dapat dilaksanakan setiap bulan (hari Jumat minggu II pukul 12.00 WIB), namun baru terlaksana
untuk pelajar di sekitar gereja induk.
Pembinaan
khusus seperti rekoleksi/retret guru atau pelajar dilaksanakan oleh sekolah
masing-masing, tanpa melibatkan paroki.
Arsip data
alamat sekolah, di sekretariat ada dan lengkap.
Jumlah
kegiatan/program pastoral yang ditetapkan Tim Kerja Pendidikan di paroki antara
lain beasiswa SD dan SMP yang dananya
dikelola dari hasil Gerakan Peduli Pendidikan. Rekoleksi pelajar SLA separoki
pada bulan Agustus 2011.
3. Bidang Pelayanan
Kemasyarakatan
Dalam bidang sosial pembekalan kepada para
pemandu lingkungan dan kategorial untuk bulan ASG (Ajaran Sosial Gereja) di
paroki kami, tidak selalu ada tetapi dilakukan menurut kebutuhan dan sebagai
warga masyarakat pedesaan terkait dengan ajaran sosial ini sebenarnya umat
sudah menjalankan namun tidak disadari kalau itu merupakan ASG.
Persentase
pengurus Dewan Paroki Pleno yang mengetahui ASG baru sebagian kecil saja
yaitu mereka yang masuk di tim PSE itu
pun belum paham sepenuhnya.
Di paroki
kami ada program dan pemanfaatan dana papa miskin dari kolekte umum dan
persembahan bulanan serta dana-dana lain untuk orang miskin yang dikelola oleh
Tim KLMTD sesuai maksud dan tujuannya.
Laporan
keuangan khusus penggunaan dana papa miskin dari Tim Kerja PSE / pengelola dana
APP dan sosial lainnya, berjalan dengan baik dan lancar. Laporan disampaikan ke
lingkungan-lingkungan lewat anggota Tim Kerja PSE Lingkungan (Sosek).
Jumlah
jaringan kerja sama yang terjalin dengan pihak lain berjalan dengan aktif
misalnya Pelayanan pengobatan murah baik
medis maupun alternatif (secara medis bersama Bapak Dokter H. Gardo Haksono,
Suster-suster FSGM BKIA Janglot, secara alternatif oleh Bapak Maryono dan Ibu
Ch. Sudarni) dilakukan minimal setiap HUT paroki, donor darah oleh Tim Kerja
Kesehatan bekerja sama dengan PMI Kab. Wonogiri setiap tiga bulan sekali.
Perhatian
paroki dan pembinaan untuk kerasulan awan, jumlah umat/kelompok-kelompok awam
yang terlibat masih sebatas pada bidang-bidang seperti WKRI, Koperasi, Kelompok Tani Lestari,
Kelompok Niyaga (penabuh instrumen gamelan Jawa), kelompok slawatan, dan
kelompok musik bambu. Di bidang sosial kemasyarakatan misalnya kelompok umat
yang menjabat sebagai perangkat desa (RT, RW, Kadus, Kades, dll.). Namun untuk kelompok ini pembinaannya baru
diprogramkan dan belum bisa terlaksana.
4. Bidang Paguyuban
Di paroki kami Tim Kunjungan
Keluarga belum terbentuk. Namun
pelaksanaan kunjungan keluarga baru dilaksanakan secara insidental baik oleh
Pastor sambil pelayanan ekaristi lingkungan maupun dilaksanakan oleh Tim pewartaan
dalam rekoleksi orang tua calon baptisan bayi serta wali baptis, serta oleh Tim
KLMTD dalam melaksanakan kunjungan keluarga yang tergolong KLMTD untuk
realisasi bantuan. Sebagai catatan terkait dengan Program Kunjungan Keluarga
ini bahwa disadari ada beberapa keluarga yang mengalami masalah
perkawinan/masalah keluarga, tetapi belum terungkap karena memang tidak ada
mediasi atau tim yang menyediakan layanan.
Jumlah
kehadiran pastor dalam pertemuan-pertemuan rutin kelompok umat berjalan dengan
baik, diatur secara merata kecuali jika beberapa acara berjalan bersamaan dalam
jarak yang berjauhan. Selanjutnya jumlah pendampingan/pembinaan untuk
kelompok-kelompok ada dan berjalan jika pihak kelompok mengajukan permintaan.
5. Kepengurusan PGPM
Dalam layanan tata kelola harta benda paroki,
jumlah aset yang bermasalah administrasinya sama sekali tidak ada masalah.
Jumlah kelengkapan surat-surat berharga
tersimpan dengan aman namun tidak lengkap yaitu masih menyimpan dua sertfikat
asli tanah yang berstatus HGB atas nama Kanisius (Balik Nama belum
diurus/diselesaikan); IMB untuk semua kapel wilayah maupun lingkungan belum
ada.
6. Kepemimpinan Komunitas
Pastoran
Di paroki kami kebutuhan sehari-hari
terpenuhi, keluhan tidak ada, pertemuan pembinaan untuk karyawan dilaksanakan
tidak teratur/jarang. Karyawan yang bermasalah tidak ada, pertemuan pastoran
rutin jarang dilaksanakan. Job description untuk pastor dan karyawan ada
pembagian tugas yang disepakati dan terlaksana, namun beberapa hal tidak bisa
terlaksana dengan baik misalnya masalah komunikasi. Laporan keuangan yang
ditujukan kepada uskup terlaksana secara rutin setiap bulan. Daftar inventaris
harta benda pastoran ada dan lengkap.
F.
Pastoral Umum
3.1 Pastoral
Anak-Anak
No.
|
Wilayah
|
Pastoral Anak-Anak
|
Jumlah
|
|
< 6 Tahun
|
7−12 Tahun
|
|||
1
|
BATU SELATAN
|
14
|
29
|
43
|
2
|
BATU UTARA
|
14
|
26
|
40
|
3
|
PATUK
|
22
|
29
|
51
|
4
|
JAMPRIT
|
17
|
27
|
44
|
5
|
SELOPURO
|
18
|
18
|
36
|
6
|
BOTO
|
20
|
35
|
55
|
7
|
KEDUNGREJO
|
14
|
18
|
32
|
8
|
NGADIROYO
|
6
|
24
|
30
|
9
|
TIRTOMOYO
|
17
|
37
|
54
|
Total per Paroki
|
142
|
243
|
385
|
|
Persentase
|
35,6%
|
64,4%
|
Berdasarkan pendataan umat tahun
2011, umat Katolik di Paroki St. Yusup Baturetno berjumlah 3.220 jiwa. Sebanyak
11,95%-nya adalah anak-anak usia 0 – 12 tahun. Kurang lebih 243 jiwa (64,4%)
berusia 7–12 tahun atau usia Sekolah Dasar, dan 142 jiwa (35,6%) berusia 0–6
tahun atau usia TK/PAUD.
Sehubungan
dengan pendampingan iman anak, orang tua sejak dini mengarahkan anak-anak
supaya melibatkan diri dalam kegiatan Gereja sesuai kemampuan mereka. Kegiatan
itu berupa Pembinaan Iman Anak (PIA), sekolah minggu, putra altar, kor
anak-anak, membersihkan lingkungan gereja dan sejenisnya. Anak-anak akan
mengikuti semua kegiatan Gereja jika orang tua mengajaknya. Ke depan anak-anak
ini diharapkan menjadi seorang yang dewasa, baik dalam usia maupun lebih-lebih
dalam imannya. Dengan demikian mereka akan mampu melibatkan diri dalam
menghidupkan Gereja masa depan. Di samping itu pembekalan dan pembinaan bagi
para pendamping PIA, sekolah minggu, putra altar pun perlu mendapatkan
perhatian semua pihak. Itu dilakukan demi peningkatan kemampuan dan kesanggupan
mereka mendampingi anak-anak, dan dengan itu mutu iman mereka sendiri pun
meningkat.
3.2
Pastoral OMK
No.
|
Wilayah
|
Pastoral OMK
|
Jumlah OMK
|
|||
13 - 15 Th
|
16 - 18 Th
|
19 - 24 Th
|
25 - 30 Th
|
|||
1
|
BATU SELATAN
|
10
|
10
|
17
|
15
|
52
|
2
|
BATU UTARA
|
9
|
10
|
15
|
14
|
48
|
3
|
PATUK
|
12
|
27
|
31
|
26
|
96
|
4
|
JAMPRIT
|
12
|
19
|
20
|
12
|
63
|
5
|
SELOPURO
|
12
|
14
|
27
|
27
|
80
|
6
|
BOTO
|
18
|
19
|
23
|
11
|
71
|
7
|
KEDUNGREJO
|
14
|
16
|
25
|
16
|
71
|
8
|
NGADIROYO
|
12
|
9
|
12
|
12
|
45
|
9
|
TIRTOMOYO
|
16
|
29
|
48
|
24
|
117
|
Total per Paroki
|
115
|
153
|
218
|
157
|
643
|
|
Persentase
|
17,3%
|
23,8%
|
34,7%
|
24,2%
|
Berdasarkan
pendataan umat tahun 2011, 19,97% (sekitar 643 jiwa) umat Katolik di Paroki St.
Yusup Baturetno adalah orang muda/OMK (dahulu Mudika). Yang dimaksud dengan OMK
adalah orang muda Katolik berusia 13−30 tahun atau belum menikah. OMK menyebar
di 9 wilayah. Dalam rangka bekerja atau
kuliah/menuntut ilmu, banyak OMK yang tinggal di kota di luar Baturetno.
Pada
usia ini, perilaku dan sikap mereka sering membingungkan orang tua. OMK
menginginkan kebebasan, ingin berekspresi semau mereka, ingin mencari dan
menemukan jati diri. Mereka juga sering melakukan perbuatan-perbuatan yang
membuat orang tua khawatir.
Tantangan
yang dihadapi untuk pastoral OMK terdapat pada 268 (41,1%) OMK usia 13−18 tahun
dari 643 OMK yang ada. Pada usia ini, mereka sibuk mengerjakan pelbagai tugas
sekolah, les tambahan untuk bekal ke jenjang yang lebih tinggi, serta kegiatan
ekstrakurikuler. Persaingan yang sedemikian kuat di antara mereka, bisa
menyebabkan nilai-nilai kebersamaan dan kepedulian terhadap sesama serta
lingkungannya, berkurang.
Sedangkan
218 (33,5%) OMK dari 643 OMK yang
ada, umumnya menghadapi hal-hal yang
berkaitan dengan pekerjaan atau studi lanjut. Banyak dari antara mereka
melanjutkan studi di luar Baturetno. Dengan demikian kesempatan bersosialisai
dengan keluarga, komunitas lingkungan, dan Gereja, banyak berkurang. Bahkan
bisa sama sekali tidak saling bertemu. Ini terbukti ketika
lingkungan-lingkungan dan Gereja membutuhkan keberadaan mereka. Betapa sulitnya
mengumpulkan dan melibatkan mereka.
Selain
itu sebanyak 157 (24,7%) OMK usia 25–30 tahun dari 643 OMK yang ada, sibuk
untuk dapat memiliki pekerjaa atau mendapatkan calon pasangan hidup. Hal ini
pun penting mendapatkan pendampingan yang selayaknya, seperti menjaga dan
berusaha mendapatkan pasangan hidup seiman atau tepat, serta memiliki pekerjaan
yang bisa memenuhi kebutuhan hidup. Di samping itu, mereka juga memerlukan
kemudahan dan pendampingan agar spiritualitasnya berkembang.
3.3
Pastoral Dewasa
No.
|
Wilayah
|
Pastoral Dewasa
|
Jumlah Orang Dewasa
|
|||||
≤ 30 Th
(Nikah)
|
30-39 Th
|
40-49 Th
|
50-59 Th
|
60-69 Th
|
³70
Th
|
|||
1
|
BATU SELATAN
|
6
|
34
|
43
|
40
|
38
|
31
|
192
|
2
|
BATU UTARA
|
4
|
30
|
32
|
59
|
37
|
26
|
188
|
3
|
PATUK
|
8
|
48
|
47
|
65
|
59
|
37
|
264
|
4
|
JAMPRIT
|
6
|
30
|
47
|
57
|
45
|
44
|
229
|
5
|
SELOPURO
|
10
|
33
|
43
|
57
|
38
|
26
|
207
|
6
|
BOTO
|
6
|
34
|
59
|
74
|
58
|
52
|
283
|
7
|
KEDUNGREJO
|
4
|
31
|
44
|
50
|
56
|
42
|
227
|
8
|
NGADIROYO
|
2
|
19
|
33
|
39
|
33
|
18
|
144
|
9
|
TIRTOMOYO
|
3
|
58
|
55
|
99
|
50
|
30
|
295
|
Total per Paroki
|
49
|
317
|
403
|
540
|
414
|
306
|
2,029
|
|
Persentase
|
2,0%
|
15,9%
|
19,4%
|
26,1%
|
21,0%
|
15,7%
|
Dalam
rangka pastoral, yang dimaksud dewasa adalah mereka yang berusia 30 tahun ke
atas, ditambah dengan yang berusia di bawah 30 tahun tetapi sudah menikah.
Jumlahnya sebaganyak 2.029 jiwa atau sekitar 63%-nya umat Paroki St. Yusup
Baturetno. Kelompok ini menjadi tulang punggung ekonomi keluarga, hidup bermasyarakat,
maupun hidup menggereja. Dari 2.028 jumlah tersebut, 1.309 jiwa termasuk umat
usia produktif, yakni berusia 30 – 59 tahun plus berusia di bawah 30 tahun tetapi sudah
menikah. Dengan demikian, mereka ini harus pandai-pandai membagi waktu untuk keluarga, kerja, Gereja, dan sosial
kemasyarakatan.
3.4
Pastoral Keluarga
No.
|
Wilayah
|
Status Hidup
Berkeluarga
|
Jumlah Umat
≥15 th
|
||||||||||||
Blm Nikah
|
Sah Katolik
|
Beda Agama
|
Beda Gereja
|
Luar Gereja
|
Ditinggal Pasangan
|
Berma-
salah
|
Janda /Duda
|
Hidup Bersama
|
Nikah Adat
|
R-B-S Asli
|
R-B-S Kerja
|
||||
1
|
BATU SELATAN
|
51
|
140
|
6
|
1
|
0
|
1
|
0
|
30
|
0
|
0
|
0
|
0
|
229
|
|
2
|
BATU UTARA
|
44
|
129
|
4
|
1
|
0
|
3
|
1
|
35
|
0
|
0
|
0
|
6
|
223
|
|
3
|
PATUK
|
98
|
202
|
5
|
0
|
1
|
0
|
0
|
32
|
0
|
0
|
2
|
1
|
341
|
|
4
|
JAMPRIT
|
59
|
161
|
20
|
2
|
4
|
2
|
3
|
26
|
0
|
0
|
0
|
0
|
277
|
|
5
|
SELOPURO
|
65
|
173
|
2
|
0
|
1
|
2
|
1
|
17
|
0
|
0
|
0
|
0
|
261
|
|
6
|
BOTO
|
57
|
214
|
4
|
0
|
3
|
6
|
4
|
45
|
0
|
0
|
0
|
0
|
333
|
|
7
|
KEDUNGREJO
|
74
|
171
|
8
|
1
|
2
|
1
|
3
|
24
|
0
|
0
|
1
|
0
|
285
|
|
8
|
NGADIROYO
|
40
|
110
|
5
|
2
|
4
|
2
|
0
|
7
|
0
|
0
|
0
|
0
|
170
|
|
9
|
TIRTOMOYO
|
127
|
211
|
9
|
1
|
3
|
4
|
5
|
25
|
0
|
0
|
0
|
0
|
385
|
|
Total per Paroki
|
615
|
1,511
|
63
|
8
|
18
|
21
|
17
|
241
|
0
|
0
|
3
|
7
|
2,504
|
||
Persentase
|
24,9%
|
60,1%
|
2,5%
|
0,3%
|
0,7%
|
0,8%
|
0,7%
|
9,6%
|
0%
|
0%
|
0,1%
|
0,3%
|
Berdasarkan
pendataan umat tahun 2011, terdapat 1.511 pasangan antar-Katolik, 63 pasangan
Katolik dengan non-Kristiani (perkawinan beda agama), 8 pasangan Katolik dengan
Protestan (perkawinan beda Gereja), dan
18 pasangan menikah di luar Gereja. Bahwa di Paroki St. Yusup Baturetno
terdapat pasangan menikah beda agama, beda Gereja, bahkan menikah di luar
Gereja, tidak mudah dihindarkan mengingat umat Katolik berada di lingkungan
yang majemuk dan minoritas.
Melihat
kenyataan seperti itu, Gereja perlu mengoptimalkan pendampingan keluarga secara
berkesinambungan. Bentuk-bentuk pendampingan yang dapat dilakukan misalnya
mengikutsertakan pasutri dalam seminar keluarga, kunjungan keluarga, rekoleksi
keluarga muda, rekoleksi pasutri di tiap-tiap wilayah (misal pada bulan
September bersamaan dengan Bulan Kitab Suci). Agar bobot rekoleksi meningkat,
narasumber yang kompeten pada bidangnya, perlu dihadirkan. Sedangkan pembahasan
materi disesuaikan dengan usia perkawinan peserta kegiatan.
Umumnya,
keluarga-keluarga umat Paroki St. Yusup Baturetno mampu menyekolahkan anak-anak
mereka sampai pendidikan menengah (SMP, SMA, SMK). Setelah itu anak-anak
merantau ke luar Baturetno. Dengan demikian keluarga mengalami kesulitan dalam
mendampingi iman anak-anak mereka. Maka perlu dipikirkan bagaimana berpastoral
bagi para mereka yang merantau ini.
3.5
Pastoral Baptis
No.
|
Wilayah
|
Kelompok Baptis
|
Jumlah
Umat
|
||||||
Anak
|
Remaja
|
Dari Islam
|
Dari Protestan
|
Dari Lainnya
|
Belum Baptis
|
Belum Tercatat
|
|||
1
|
BATU SELATAN
|
127
|
53
|
85
|
2
|
7
|
4
|
0
|
278
|
2
|
BATU UTARA
|
110
|
51
|
79
|
2
|
20
|
7
|
0
|
269
|
3
|
PATUK
|
190
|
103
|
96
|
1
|
7
|
2
|
0
|
399
|
4
|
JAMPRIT
|
119
|
83
|
105
|
1
|
14
|
7
|
0
|
329
|
5
|
SELOPURO
|
132
|
71
|
40
|
2
|
59
|
3
|
0
|
307
|
6
|
BOTO
|
173
|
61
|
59
|
5
|
89
|
7
|
7
|
401
|
7
|
KEDUNGREJO
|
132
|
83
|
66
|
3
|
35
|
5
|
0
|
324
|
8
|
NGADIROYO
|
89
|
37
|
71
|
2
|
11
|
4
|
0
|
214
|
9
|
TIRTOMOYO
|
217
|
80
|
112
|
5
|
20
|
20
|
0
|
454
|
Total per Paroki
|
1,289
|
622
|
713
|
23
|
262
|
59
|
7
|
2,975
|
|
Persentase
|
43,3%
|
20,9%
|
24,0%
|
0,8%
|
8,8%
|
2,0%
|
0,2%
|
Pendataan
2011 menunjukkan bahwa sebagian besar (43,3%) umat Paroki St. Yusup Baturetno
menerima sakramen baptis pada usia anak-anak. Sebabnya adalah karena orang
tuanya menikah secara Katolik; 24,0% umat menerima sakramen baptis karena dari
Islam pindah ke Katolik entah berkaitan dengan perkawinan entah karena dirinya
sendiri; 20,9% umat menerima sakramen baptis pada usia remaja karena kurang
dukungan orang tua dan kurangnya pengertian akan pentingnya arti baptis bagi
umat Katolik; 8,8% umat Paroki Baturetno menerima sakramen baptis dari agama
lainnya karena perkawinan; 2,0% umat belum baptis; 0,9% umat Protestan diterima
sebagai anggota Gereja Katolik; dan 0,2% umat belum tercatat.
3.6 Pastoral
Penguatan
No.
|
Wilayah
|
Belum Penguatan
|
Jumlah Calon
Penguatan
|
|||
14 - 15 th
|
16 - 18 th
|
19 - 24 th
|
≥ 25 th
|
|||
1
|
BATU SELATAN
|
7
|
6
|
6
|
24
|
43
|
2
|
BATU UTARA
|
5
|
3
|
4
|
25
|
37
|
3
|
PATUK
|
9
|
6
|
4
|
35
|
54
|
4
|
JAMPRIT
|
6
|
5
|
2
|
21
|
34
|
5
|
SELOPURO
|
4
|
6
|
2
|
22
|
34
|
6
|
BOTO
|
10
|
3
|
1
|
23
|
37
|
7
|
KEDUNGREJO
|
9
|
6
|
2
|
10
|
27
|
8
|
NGADIROYO
|
5
|
2
|
1
|
11
|
19
|
9
|
TIRTOMOYO
|
9
|
13
|
7
|
33
|
62
|
Total per Paroki
|
64
|
50
|
29
|
204
|
347
|
|
Persentase
|
17,5%
|
18,4%
|
7,9%
|
56,2%
|
Pendataan
2011 memperlihatkan bahwa sebagian besar (56,2%) umat belum menerima sakramen
penguatan pada usia ≥ 25 tahun. Ini
terjadi karena kesibukan mencari nafkah di kota di luar Baturetno, sehingga
tidak ada waktu untuk mengikuti pelajaran persipan menerima sakramen penguatan;
17,5% umat belum menerima sakramen
penguatan pada usia 14-15 tahun karena orang tua mengerti bahwa pelajaran
calon penguatan harus diikuti pada usia 15 tahun ke atas; 18,4% umat belum
menerima sakramen penguatan pada usia 16-18 tahun pada usia tersebut banyak
anak memilih melanjutkan sekolah di kota di luar Baturetno; sedangkan 7,9% umat
yang belum menerima sakramen penguatan pada usia 19-24 tahun karena melanjutkan
sekolahnya dengan kuliah di kota di luar Baturetno.
Mengapa
umat yang belum menerima sakramen penguatan mencapai jumlah sebanyak itu?
Padahal setiap 2 tahun ganjil di Paroki Baturetno selalu dilayani penerimaan sakramen penguatan
oleh Bapak Uskup. Semoga saja umat dewasa yang belum menerima sakramen
penguatan sekadar mengalami hambatan faktor-faktor nonteknis seperti lupa atau
tidak tahu.
Karena
itu Tim Kerja Katekis perlu menindaklanjutinya, supayaa mereka yang sampai saat
ini belum menerima sakramen penguatan dapat terlayani sebaik-baiknya.
Diangkat
kembali bahwa terdapat 204 (56,2%) umat dewasa usia 25 tahun ke atas belum menerima
sakramen penguatan. Padahal
anak usia SMP (14-15 tahun) sudah dapat menerima sakramen
penguatan.
Kesimpulan Umum
Pendataan umat di Paroki
Santo Yusup Baturetno merupakan bagian dari realisasi Program Ardas KAS
2011–2015. Sebagaimana diketahui bahwa pada tahun 2011 menjadi tahun pendataan
dan konsientisasi Ardas. Dengan demikian, gerakan Ardas KAS juga menjadi
gerakan Paroki Santo Yusup Baturetno, yaitu berpastoral berbasiskan data.
Data umat Paroki Santo Yusup
Baturetno menggambarkan dinamika
kehidupan umat, kekayaan, tantangan, dan kesempatan pastoral yang terkandung di
dalam Paroki Santo Yusup Baturetno. Di samping itu juga diharapkan dapat
memberi dasar yang kuat bagi pastoral berbasis data di Paroki Santo Yusup
Baturetno. Dengan tersedianya data umat ini akan menjadi acuan bagi Gereja
dalam menyusun program kerja paroki agar sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
umat. Sehingga program kerja paroki merupakan hasil penyikapan terhadap keadaan
umat dalam menjawab tantangan zaman, dan mengejawantahkan visi-misi paroki
dalam program-program pastoral yang menyentuh kebutuhan umat.
Dengan penyusunan program
yang didasarkan data ini, diharapkan kehadiran Gereja akan semakin signifikan
dan relevan, dapat memberikan kontribusi positif untuk menjawab tantangan
pastoral sesuai kebutuhan umat baik bagi umat Katolik sendiri maupun bagi
masyarakat luas.
Sumber: Paroki Santo Yusuf Baturetno.
Sumber: Paroki Santo Yusuf Baturetno.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar